Anti-Aesthetic Trends: Breaking The Social Media’s Stereotypes

KawanWH setuju gak sih, kalau media saat ini selalu dikaitkan dengan hal-hal yang “unrealistic”? Kehadiran media sosial yang awalnya ditujukan untuk menjadi wadah berinteraksi dengan pengguna lain, kini mulai bergeser ke arah yang sebaliknya. Bagaimana tidak? Lebih dari setengah penduduk di dunia saat ini sedang berlomba-lomba untuk menampilkan sisi terbaik mereka di platform media sosialnya.

Sumber: Instagram @bellahadid

Kehadiran media sosial yang saat ini sangat dekat dengan kehidupan masyarakat di dunia sudah dianggap sebagai sebuah kebutuhan. Namun, tak jarang bagi beberapa orang, media sosial dianggap sebagai sebuah hal yang negatif karena mereka menjadikan kehidupan orang lain sebagai perbandingan dan tolak ukur kebahagiaan mereka.

Maka, tak heran bila kini banyak orang yang mulai melakukan social media detox sebagai bentuk kepeduliannya terhadap kehidupan mereka yang mulai terpengaruh oleh media sosial. Social media detox atau social media break ini merupakan sebuah “rehat” yang dilakukan para pengguna media sosial dari kehidupan digitalnya karena dianggap terlalu mempengaruhi kehidupan pribadinya. Banyak dari mereka yang mencari kegiatan lain sebagai bentuk distraksi dari media sosial serta mencegah ketergantungan terhadap penggunaan gawainya.

Istilah social media detox ini sering diasosiasikan dengan kesehatan mental bagi para penggunanya. Susah tidur, perasaan cemas, hingga depresi merupakan efek yang sangat umum terjadi di kalangan pengguna. Melihat berbagai efek yang ditimbulkan, kini masyarakat mulai tersadar akan banyaknya pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh media sosial terhadap kesehatan mental para penggunanya. Alasan-alasan inilah yang akhirnya membuat tren social media detox menjadi marak dilakukan.

Di tengah maraknya gerakan social media detox, beberapa orang justru lebih memilih untuk menunjukkan “ugly side” mereka di media sosial. Bella Hadid, Cara Delevingne, Emma Chamberlain, hingga Kim Kardashian yang dikenal sebagai icon di Instagram justru berhasil mematahkan stereotip tidak realistis yang dibentuk oleh media sosial belakangan ini. Melalui akun Instagram pribadinya, mereka membagikan raw atau unedited pictures kepada para pengikutnya di Instagram.

Unggahan anti-aesthetics yang dilakukan oleh beberapa influencer hingga public figure pada halaman Instagram pribadi mereka kemudian diikuti oleh para pengikutnya. Beberapa menyebut tren ini dengan istilah photo dumps, dimana mereka mengunggah kumpulan foto random yang menunjukkan aktivitas maupun keseharian mereka ke laman Instagramnya tanpa mementingkan segi estetisnya. Istilah photo dumps ini kemudian sangat sering digunakan di kalangan pengguna media sosial. Tren ini sekaligus membuktikan bahwa para pengguna media sosial kini mulai tersadar akan ketidakrealistisan dari media sosial dan mencoba untuk lebih transparan kepada para pengikutnya.

Sepertinya anti-aesthetics ini akan menjadi tren baru yang gak kalah hype dengan tren-tren sebelumnya di Instagram. Bahkan, kini banyak pengguna Instagram yang sengaja membuat akun khusus untuk mengunggah photo dumps rutinitas kegiatan pribadinya. Unggahan photo dumps ini juga terasa lebih personal dibandingkan foto-foto estetik yang marak ditunjukkan oleh para pengguna di Instagram. Selain itu, tren anti-aesthetics juga menarik minat tersendiri bagi para pengikut yang melihatnya. Gimana nih, KawanWH? Apakah kamu salah satu yang mengikuti tren photo dumps ini?