ASEAN Youth International Conference (AYIC) 2021, Aksi Anak Muda dalam Pembangunan ASEAN yang Lebih Baik

Pada Minggu (7/11), ASEAN Youth International Conference (AYIC) 2021 mengadakan konferensi publik yang merupakan rangkaian keempat dari agenda acara dengan tema “Youth Action for Better Development in ASEAN.” Pada sesi ini, AYIC mendatangkan tiga pembicara utama yakni Teuku Afrizal (Dosen Administrasi Publik FISIP UNDIP), Christiani Sagala (Co-founder Indonesian Youth for SDGs), serta Maxind Suko Utomo (Chief of Staff dari Kepala Airbus Defence and Space Asia Pasifik) untuk membahas tentang peranan anak muda dalam pembangunan ASEAN yang lebih baik.

Sebagai pembicara pertama, Teuku Afrizal memaparkan tentang agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ke-17 sebagai dasar berpikir dari pembangunan di Asia Tenggara. Menurut Afrizal, SDGs dapat menyeimbangkan perhatian lingkungan hidup dan kebutuhan masyarakat. Afrizal berpesan bagi anak muda untuk dapat ikut serta dalam localization, yakni adaptasi misi TPB untuk dapat diimplementasi di masing-masing negara anggota ASEAN. Selain itu, Afrizal juga mengatakan bahwa adaptasi misi tersebut dapat dirumuskan ke dalam program capacity-building yang melibatkan seluruh elemen masyarakat baik oleh para anak muda di tingkat mikro, messo, maupun makro.

Dalam melaksanakan program sebagai agenda TPB, aksi-aksi dan kesulitan yang ditemui anak muda Indonesia dibahas pada sesi kedua oleh Christiani Sagala yang kerap disapa dengan nama Christa. Menurut Christa, dari beragam aksi yang pemuda, salah satu bidang utama yang perlu ditingkatkan adalah pendidikan. Berdasarkan temuannya, Christa menyoroti kurangnya kesadaran pemuda khususnya di Jakarta atas SDGs dan cara untuk mencapainya. Oleh karena itu, Christa dan organisasinya mencoba untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui interaksi media sosial. Dari sana, mereka menemukan bahwa keikutsertaan anak muda dalam pembangunan terkendala tiga hal yakni, identifikasi titik awal, membedakan permasalahan dan solusinya, hingga sumber daya teknis seperti biaya dan logistik. Berdasarkan hal tersebut, Christa memberikan empat saran yaitu adalah berinvestasi dalam tim, memahami lanskap isu dari daerah terdekat, fokus terhadap isu yang akan diatasi, dan terakhir adalah bekerja untuk menjangkau masyarakat bukan publikasi semata.

Kemudian, Mexind Suko Utomo sebagai pembicara terakhir membahas tentang peranan langsung anak muda dalam perumusan kebijakan pembangunan ASEAN. Berdasarkan pengalamannya sebagai Duta Muda ASEAN-Indonesia, Mexind melihat pemuda ASEAN memiliki kapasitas dan panggung untuk berkontribusi dalam kebijakan pembangunan yang lebih baik dibandingkan dengan kawasan lain. Kendati begitu, Mexind memberikan rekomendasi atau road map yang dapat mempertajam peranan pemuda. Pertama adalah potret situasi pembangunan terkini dan amati perkembangannya. Kedua, identifikasi area untuk kontribusi. Ketiga, libatkan pemuda dalam perencanaan pembangunan, baik di tingkat lokal, nasional, regional, dan global. Keempat, jangan lupa untuk menyusun aksi konkrit seperti kesukarelaan dan mekanisme pengawasannya. Tidak lupa, Mexind juga mengingatkan pentingnya insentif bagi anak muda seperti sertifikat, beasiswa, dan peluang magang sebagai penyemangat mereka untuk terus membantu masyarakat. (KA)