Menjadi seorang pemimpin adalah sebuah amanah tertinggi. Ketika telah diberikan kepercayaan yang besar, tantangan yang datang seolah tidak berhenti. Terlebih lagi ketika mengetahui bahwa hal yang awalnya sudah direncanakan harus diubah dan berakhir tidak sesuai dengan visi misi semula. Hal ini telah dilalui dan dirasakan sendiri oleh Aufar Saskara, yang mengaku mendapatkan banyak pelajaran baru selama memimpin seluruh rangkaian acara GINTRE 2020.
Saat ditanya bagaimana perasaannya ketika terpilih menjadi Ketua Pelaksana GINTRE 2020, Aufar seperti melihat sebuah tanggung jawab yang besar untuk segera direalisasikan. “Setelah terpilih, aku merasa terhormat karena dipilih sama angkatan sendiri, sama masyarakat HI. Aku merasa mendapat amanah langsung dari mereka buat menjadi pemimpin.” Namun, ia menolak adanya anggapan bahwa proses terpilihnya dia sebagai sebuah “kompetisi”. Ia sendiri melihatnya sebagai sebuah tantangan besar yang harus ia lalui, terlebih lagi ketika ia tahu pandemi COVID-19 telah memaksa seluruh kegiatan GINTRE 2020 dilakukan tanpa bertatap muka secara langsung.
Sikap Aufar menjadi hal yang menarik karena memilih untuk tidak panik dalam menghadapi perubahan mendadak yang mengharuskan kampus untuk ditutup. “Aku nggak kaget. Karena ada jeda tiga bulan kan sebelum kampus memutuskan daring,” katanya. “Tapi sempat ada rasa disayangkan saja gitu, karena GINTRE ini kan bisa dibilang acara terakhir yang mengatasnamakan angkatan HI 2019.”
Ia tentu tidak bisa memuaskan semua pihak. Ketika menyadari ada pihak yang merasa penyelenggara tidak menjalankan acara sesuai ekspektasi mereka, Aufar berargumen dengan mengatakan: “Aku disini bukan untuk memenuhi ekspektasi. Karena aku tidak ingin acara ini hanya memenuhi ekspektasi kelompok tertentu. Karena semua ini berjalan dengan visi misi yang sudah ada, dengan dibantu oleh tenaga-tenaga yang berkualitas, terbaik dan telah bekerja secara maksimal” ucapnya.
Aufar sendiri mempunyai cara untuk berdamai dengan diri sendiri dikala harus mengubah sebagian rencana awal yang telah ia susun. Dimulai dengan mencoba menerima sesuatu yang baru ia lalui meskipun pada awalnya masih berat untuk dijalani. ”Manusia tidak terbiasa dengan perubahan, begitu juga denganku. Hal yang bisa aku lakukan pastinya hanya bersyukur. Karena kalau dilihat lagi, saat itu ada banyak acara lain yang tidak jadi dilaksanakan karena pandemi. Tapi disini, aku melihat perjalanan GINTRE yang awalnya dipenuhi oleh banyaknya rintangan dari pihak internal maupun eksternal, dapat berakhir dengan cukup sukses walaupun akhirnya semua dilaksanakan secara daring.”
Selama menjabat sebagai Ketua Pelaksana, ia mengatakan terjadi banyak hal yang mengubah cara pandangnya dalam menilai diri sendiri. Dengan persiapan selama sembilan bulan yang sebagian terpotong dikala pandemi masih berlangsung, Aufar merasa bahwa selama kurun waktu itu pula ia menjadi lebih peka terhadap hal-hal yang dapat mempengaruhi cara ia memberikan keputusan akhir. Ini penting baginya karena dibutuhkan perencanaan yang matang sebelum menyerahkan hasil akhir yang sudah final. Setelah dihadapkan dengan berbagai rintangan, hal ini seolah memberi Aufar ruang untuk mengenali lebih dalam rekan kerjanya yang ikut bekerja sama dengan nya walaupun harus berpacu dengan waktu. Keuntungan ini menjadi suatu pengalaman tersendiri bagi dirinya, apalagi ketika harus menangani setidaknya 150 staff dari berbagai divisi yang berbeda-beda.
Ketika dihadapkan dengan opsi jika seandainya diberi kesempatan untuk mengubah sebuah keputusan saat acara masih berlangsung, Aufar mengakhiri pernyataannya memilih untuk tidak mengubah apapun yang sudah terjadi. Ia sendiri menilai bahwa penyelenggaraan GINTRE yang telah dipimpinnya sudah memenuhi sebagian besar target awal dari visi misi yang ia bangun. Bahkan baginya, GINTRE 2020 itu “otentik” karena semua yang terlibat di dalamnya ikut belajar dari kesalahan bersama-sama. Berangkat dari kesalahan di masa lalu untuk hasil yang lebih maksimal.
Terakhir, Aufar memberikan pesan untuk angkatan 2020 sebagai penerusnya: “Mau tidak mau kalian yang nantinya menghandle semua ini. Buang keraguan seperti “duh bisa nggak ya?” karena ini merupakan sebuah kewajiban kalian dan hasil akhirnya akan berguna bagi angkatan kalian sendiri.”