Bulan Mei 2020, foto seorang polisi dari Minneapolis di Amerika Serikat yang sedang mencekik leher seorang warga keturunan Afrika atau African-American dengan lututnya menarik perhatian dunia. Foto tersebut merupakan bukti nyata bahwa isu rasisme masih dominan di negara maju seperti Amerika Serikat. Rakyat negara-negara lain pun mulai mengarahkan perhatiannya terhadap isu rasisme di negara masing-masing dan menimbulkan dampak yang sangat besar.
Namun sebelum foto di atas diunggah, ada satu foto terkait isu rasisme yang sudah mendunia jauh sebelum kasus George Floyd terjadi, yaitu foto pemakaman seorang African American bernama Emmet Till. Foto ini dicantumkan oleh Majalah TIMES di 100 foto yang paling berdampak sepanjang masa.
Pada tahun 1955, Emmett Till, yang berasal dari negara bagian Chicago berencana untuk mengunjungi saudara-saudara jauhnya yang tinggal di Mississippi. Sebelum berangkat ke Mississippi, Emmett berpamitan dengan ibundanya. Mengingat iklim isu ras yang belum maju di Amerika Serikat pada masa tersebut, sang ibu mengingatkannya untuk tidak memandang balik seorang kulit putih tepat di mata mereka ketika ia sampai di Mississippi. Peringatan ini diberikan untuk mencegah terjadinya konflik antarras, mengingat iklim rasisme yang tinggi di Amerika Serikat saat itu.
Emmet pun sampai di kediaman saudaranya di Mississippi, dan mereka bercengkrama di depan sebuah toko serba ada terdekat. Tidak lama kemudian, seorang perempuan kulit putih bernama Carolyn Bryant Dunham keluar dari toko tersebut dan mulai memandang Emmett. Carolyn pun mengaku bahwa Emmett telah menggoda dan melecehkannya.
Empat hari kemudian, sekelompok pria kulit putih menerobos ke rumah keluarga Emmett dan menculiknya di hadapan mereka yang tidak mampu dan tidak berani untuk melawan. Momen itu menjadi saat terakhir Emmett dilihat bernapas oleh keluarganya. Emmett dibawa ke lokasi yang tidak diketahui dan tiga hari setelahnya, dua anak kecil yang berjalan ke sungai dengan tujuan memancing ikan menemukan jasad Emmett Till dengan wajahnya sudah tidak berbentuk.
Jasad Emmett pun dipertemukan dengan ibunya. Di saat beliau melihat jasad anaknya yang sudah tidak berbentuk, tangis pun tidak dapat dibendung lagi. Sang ibu akhirnya memilih untuk mempublikasikan pemakaman anaknya agar seluruh dunia tahu apa yang terjadi pada putranya.
“I want the world to see what they did to my baby…”-Mamie Till, Mother of Emmett Till
Peristiwa ini menyulut api pada aktivisme terhadap Gerakan Civil Rights untuk menghapus Jim Crow Laws (hukum diskriminasi African Americans).
Di tahun 2018, Carolyn Bryant meninggal dengan mengucapkan kata-kata terakhir yang mencengangkan seluruh penduduk Amerika. Dia mengaku bahwa tuduhannya terhadap Emmet adalah dusta berdasarkan pandangan rasis.
Awalnya, kematian Emmett Till diharapkan sebagai akhir dari keberadaan rasisme di Amerika Serikat. Namun, sejarah seakan tidak pernah pergi. Dunia dipertemukan kembali dengan kematian akibat pandangan rasis dengan mangkatnya George Floyd. Perjuangan warga keturunan Afrika di Amerika pun belum berakhir. Kematian George dan Emmitt akan dikenang sebagai kematian yang mengubah dunia dengan harapan penghapusan rasisme selamanya.
Tidak ada yang layak diperlakukan secara diskriminatif. Kirim tulisanmu sekarang, karena #YourStoriesMatter dan sekarang adalah #SaatnyaBerhenti.