Melalui laporan penilaian terbaru tentang perubahan iklim yang dirilis Senin lalu (9/7), salah satu panel Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa bumi dalam beberapa dekade ke depan akan mengalami akselerasi perubahan iklim dengan temperatur yang semakin panas hingga melewati batas yang berusaha untuk dicegah oleh para pemimpin dunia.
Berisikan sekitar 3,000 lembar halaman yang ditulis oleh lebih dari 230 ilmuwan ternama dari seluruh dunia, laporan penilaian IPCC dinilai sangat penting di kalangan komunitas sains internasional. Laporan tersebut didasari oleh lebih dari 14,000 riset dan disebut sebagai ensiklopedia ilmu iklim yang memuat pembahasan model dan konsensus terakhir tentang perubahan iklim, hingga prediksi masa depan kehidupan di bumi semenjak laporan IPCC terakhir dirilis, yakni pada tahun 2013.
Laporan tersebut secara tegas menyatakan bahwa perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan setiap tahunnya disebabkan oleh aktivitas manusia khususnya batu bara dan bahan bakar fosil yang menghangatkan temperatur, laut, dan daratan di bumi. Hanya dalam jangka waktu 6 tahun sejak 2015, bumi sudah mengalami peningkatan panas sebesar 1,1°C. Pemanasan global yang didukung ulah manusia tersebut mempercepat dan memperburuk perubahan iklim, bahkan mempercepat frekuensi terjadinya gelombang panas ekstrem yang awalnya per-50 tahun sekali menjadi setiap dekade.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres mendeskripsikan laporan tahun ini sebagai ‘kode merah untuk kemanusiaan’. “Laporan ini akan menjadi lonceng kematian yang memperingatkan sektor batu bara dan bahan bakar fosil sebelum mereka akhirnya menghancurkan planet kita,” lanjutnya.
Jika kondisi ini terus berlangsung, beberapa bahaya dari perubahan iklim melingkupi lapisan es yang menipis, naiknya permukaan air laut, dan asidifikasi samudra yang mematikan ekosistem laut tak akan dapat dihindari atau diperbaiki oleh manusia sampai berabad-abad maupun beribu tahun lamanya.
“Kita dapat mengharapkan adanya lonjakan signifikan perihal cuaca ekstrem yang akan terjadi dalam 20 atau 30 tahun mendatang,” ucap Piers Forster, seorang ilmuwan iklim asal University of Leeds yang turut berkontribusi dalam pembuatan laporan.
Dilansir dari New York Times, ia juga mengatakan bahwa kondisi bumi kemungkinan besar akan menjadi lebih buruk dibandingkan dengan hari ini.
Tanggapan publik figur dan negara
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, aktivis lingkungan Greta Thunberg menanggapi laporan tersebut dengan memanggil seluruh masyarakat dan media untuk memberikan tekanan yang besar bagi pemerintah agar mulai bergerak.
Selain itu, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden turut mengunggah tweet di Twitter yang berisikan urgensi untuk segera menangani perubahan iklim. “Kita sudah tidak bisa menunggu untuk mengatasi krisis iklim. Tanda-tandanya tidak diragukan lagi. Sains tidak dapat dibantah. Dan kerugian dari kelambanan dalam beraksi terus meningkat,” tulisnya pada tanggal 9 Agustus 2021.
Sebelumnya, negara di seluruh dunia telah berupaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca demi mencegah kenaikan temperatur bumi melewati angka 2°C sambil berusaha untuk menekan angka tersebut hingga 1,5°C seperti yang tertuang dalam Kesepakatan Paris di tahun 2015. Namun, para ilmuwan memprediksi bahwa kebijakan yang masih dipegang saat kini akan tetap membuat temperatur bumi menghangat sekitar 3°C per akhir dekade.
Data tersebut mendorong negara untuk mengambil komitmen yang lebih ambisius dalam menangani perubahan iklim melebihi yang dijanjikan pada Kesepakatan Paris tahun 2015 silam. Laporan penilaian IPCC sendiri akan menjadi titik fokus perbincangan negara dalam konferensi iklim internasional PBB (COP26) yang akan diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia pada 3 bulan mendatang.
Sumber: