Bayangkan seorang pria berumur 20-an pada tahun 2002, yang bekerja sebagai programer komputer di Microsoft, dan hobinya bermain video game. Ia juga seorang penggemar buku komik seri Marvel dan menghabiskan banyak waktunya berpartisipasi di berbagai acara seperti ComiCon dengan mengenakan kostum Captain America – pahlawan super idolanya. Pada masa itu, di tahun 2000-an awal, profil seseorang seperti itu sering diasosiasikan dengan kaum nerd – kaum yang notabene tidak dipandang ‘keren’ oleh masyarakat.
Tetapi mari kita percepat waktu dan pindah ke pertengahan tahun 2010-an. Ada seorang pria berumur 20-an yang bekerja sebagai programer di Apple – suatu profesi yang kini sangat diincar dan membawa gengsi besar. Ia mempunyai hobi bermain video game online bersama rekan-rekannya di waktu luangnya. Pria ini juga merupakan seorang penggemar film-film layar lebar dari studio Marvel Cinematic Universe (MCU)– studio film yang kerap kali merilis film yang sangat populer dan digemari oleh jutaan orang di dunia. Bahkan, pria ini pun seringkali mengunggah foto dirinya mengenakan kostum Captain America di akun media sosialnya – tanpa dihina oleh para teman-temannya, mungkin bahkan dipuji. Intinya, pria ini tidak akan dikategorikan sebagai nerd yang canggung dan tidak memiliki keterampilan sosial.
Seseorang yang dicap nerd dahulu seringkali dianggap kurang memiliki keterampilan sosial. Seorang nerd bahkan sering digambarkan di film-film keluaran tahun 1990-an dan 2000-an sebagai sosok yang canggung, tidak keren dan bahkan seringkali menjadi bahan rundungan oleh teman-teman sekolahnya. Tetapi, di tahun 2010-an, dapat dilihat bahwa beberapa hal yang sering diasosiasikan dengan para orang-orang yang dipanggil nerd menjadi hal yang umum dan digemari oleh berbagai kalangan masyarakat luas.
Contohnya, film-film MCU yang tidak pernah gagal menghasilkan keuntungan finansial yang besar. Beberapa film dari studio ini bahkan dinobatkan sebagai karya sinematik terbaik pada dekade 2010-an oleh berbagai kritikus film – seperti Avengers: Infinity War. Film-film MCU bahkan menarik minat dari para penonton yang berasal dari berbagai kalangan–umur, profesi, tingkat pendapatan tidak menjadi halangan.
Seperti banyak negara lainnya di dunia, Indonesia kini juga tengah mengalami trend ketika seorang nerd dapat dianggap keren. Sehingga, dampak dari menjadi mainstream-nya film dan hobi bermain game juga dapat dirasakan di Indonesia. Muncul satu studio film layar lebar yang kini gencar merilis film-film superhero lokal, yakni BumiLangit Studios. Studio film ini menampilkan aktor Indonesia yang terkenal dan digemari sebagai jagoan dengan nama tokoh mitologi kuno Indonesia.
Pembahasan mengenai mitologi kuno Indonesia kini memang masih sangat tidak umum. Hanya beberapa orang yang antusias mengenai hal ini. Namun, dalam satu dekade, kita bisa melihat betapa kini subkultur nerd menjadi umum. Hal-hal seperti cerita superhero, video game dan profesi yang dulu dianggap tidak mainstream, kini menjadi hal yang lazim.
Maka, melihat dari pergeseran pandangan nerd di dekade 2010-an, apakah mungkin di dekade ke depannya mitologi kuno Indonesia dapat menjadi trend baru yang dianggap keren dan mainstream, berkat munculnya film-film BumiLangit Studios?