Dalam 10 hari terakhir, demonstrasi yang terjadi di beberapa kota di Kolombia telah menelan setidaknya 25 orang korban jiwa. Dilansir oleh CNN, demonstrasi pertama kali terjadi pada 28 April sebagai bentuk protes masyarakat terhadap pemerintah mengenai reformasi pajak sebagai rencana ekonomi dalam menghadapi pandemi Covid-19. Presiden Kolombia, Iván Duque, mengatakan bahwa kebijakan ini dibuat sebagai upaya ekonomi dalam situasi pandemi Covid-19.
“Reformasi ini bukanlah hanya sebuah keinginan. Ini adalah keharusan agar program sosial tetap berjalan,” tegas Duque.
Sampai saat ini, sayangnya, belum banyak masyarakat dan media internasional yang membahas perihal demonstrasi maut ini. Berikut adalah fakta penting yang harus KawanWH ketahui mengenai demonstrasi di Kolombia:
Kenapa pajak naik di tengah pandemi Covid-19?
Reformasi pajak yang diumumkan oleh menteri keuangan Kolombia yang kini telah mengundurkan diri, Alberto Carrasquilla, mengundang banyak kontroversi. Pemerintah Kolombia mengatakan bahwa kebijakan tersebut dikeluarkan semata-mata untuk menjaga kestabilan ekonomi karena terdapat indikasi adanya defisit pada anggaran negara. Rencana ekonomi ini diusung agar dapat menaikkan 6.7 miliar dollar untuk membayar hutang negara dan mempertahankan skema pendapatan dasar untuk 3 juta orang berpenghasilan rendah yang dimulai selama pandemi Covid-19. Sedangkan dalam jangka panjang, kebijakan ini akan menjaga posisi Kolombia sebagai salah satu negara anggota dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Dikutip dari USA Today, menanggapi reformasi pajak tersebut, masyarakat yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi selama pandemi merasa diberatkan.
“Pemerintah ini ingin (mengambil) segalanya dari kami, tapi kami tidak memiliki apa-apa,” ujar seorang demonstran yang tergabung dalam grup demonstrasi Primero Linea, Juan Carlos Neiva.
Namun, setelah situasi masyarakat dan antar parlemen yang memanas, pada Minggu (2/5), melalui video pernyataan resminya, Presiden Duque mengatakan ia akan menarik reformasi pajak yang diusulkan. Hal ini ia lakukan dengan tetap bersikeras bahwa reformasi masih diperlukan untuk memastikan stabilitas fiskal di tengah situasi pandemi Covid-19. Namun, demonstrasi tetap berlanjut.
Lalu, mengapa demonstrasi masih berlanjut?
Dalam merespon demonstrasi yang terjadi di 247 kota besar dan kecil, pemerintah mengerahkan ratusan aparat kepolisian. Keterlibatan aparat kepolisian dalam protes ini telah membuat salah satu kota di Kolombia, Kota Cali, menjadi ‘medan perang’ dan dianggap sebagai pusat konflik terparah. Tidak hanya aparat kepolisian, keberadaan kelompok ilegal bersenjata juga turut dianggap memperparah situasi demonstrasi.
Menurut Ombudsman HAM Kolombia, selain jatuhnya korban jiwa, diperkirakan terdapat 87 orang yang juga turut dilaporkan hilang semenjak awal terjadinya demonstrasi.
Sampai saat ini, demonstrasi terus berlanjut menuntut tanggung jawab pemerintah atas keadilan HAM dari peristiwa tersebut. Video dan foto yang menunjukan kekerasan aparat terhadap demonstran terus bermunculan di media sosial, memperparah rasa geram masyarakat terhadap pemerintah. Perilaku aparat yang terkesan ‘brutal’ inilah yang kini menimbulkan lebih banyak kemaharahan dari masyarakat.
Apa yang dibutuhkan rakyat Kolombia?
Dengan minimnya perhatian masyarakat internasional terhadap demonstrasi maut ini, masyarakat Kolombia dengan gencar menyerukan permintaan dukungan masyarakat internasional melalui INGOs atau organisasi non-profit internasional lain yang bergerak dibidang kemanusiaan.
Walaupun telah ada teguran internasional kepada Pemerintah Kolombia yang disampaikan melalui Komisaris Tinggi HAM PBB, masyarakat merasa masih perlu lebih banyak pihak internasional untuk peka terhadap permasalahan di Kolombia.
“Orang Kolombia sedang berteriak dan kami ingin dunia tahu,” tegas Juan.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Melalui sebuah video wawancara dengan media, Presiden Duque mengatakan bahwa Kolombia akan mengadakan dialog nasional untuk mendengarkan kekhawatiran rakyatnya. Ia juga menyarankan masyarakatnya untuk menghindari kekerasan, melindungi yang lemah dan mendukung vaksinasi Covid-19 dan reaktivasi ekonomi.
“Saya ingin mengumumkan bahwa kami akan membuat ruang untuk mendengarkan masyarakat serta merumuskan solusi yang berorientasi pada tujuan tersebut, di mana bukan perbedaan politik, tetapi patriotisme kita yang paling dalam yang harus menjadi perantara,” tegas Duque.
Namun, upaya dialog nasional yang seharusnya dilaksanakan pada 10 Mei kemarin tidak menarik perhatian masyarakat. Dengan situasi yang terus memanas, diperkirakan akan terjadi lebih banyak demonstrasi di beberapa kota dalam waktu dekat. (AD & KA)