GINTRE 2020: Satu Langkah Untuk Lebih Mengenal HI

Gathering and Introducing International Relation (GINTRE) merupakan acara tahunan yang bertujuan untuk memperkenalkan Hubungan Internasional Unpar kepada mahasiswa baru. Tahun ini, GINTRE diadakan perdana secara daring dengan mengusung tema “Assuring Rights for The Disabled.” Rangkaian acara GINTRE dibagi menjadi 3 sesi, yaitu simulasi sidang, sidang formal, dan sesi informal. Kemudian, sesi sidang formal terbagi ke dalam dua chamber, yaitu Access to Healthcare dan Access to Education. Dengan membawa isu mengenai hak – hak untuk penyandang disabilitas yang kerap kali mendapatkan perlakuan tidak adil, peserta diharapkan dapat memahami dan menambah wawasan mereka terkait isu tersebut serta dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam meneliti isu – isu sosial.

Sidang dapat dikatakan berhasil apabila menghasilkan resolusi yang aplikatif melalui negosiasi antar delegasi. Namun, pada sidang formal chamber kedua, sidang tidak mencapai resolusi sidang atau mengalami deadlock. Hal ini disebabkan oleh ketiga aliansi yang bersikeras dalam mempertahankan pandangan mereka masing – masing. Meski begitu, deadlock merupakan fenomena yang umum dan berpeluang untuk terjadi dalam sidang. Kemudian, pada pelaksanaan kegiatan GINTRE tahun ini yang diselenggarakan secara daring, menimbulkan adanya transisi dari pelaksanaan secara tatap muka menjadi tatap maya. Hal ini menyebabkan adanya keterbatasan ruang dan waktu, meski begitu, partisipasi peserta GINTRE tetap aktif dan acara ini mendapat respon yang baik dalam sidang formal maupun sesi informal, ujar Ketua Pelaksana GINTRE 2020, Aufar Saskara.

Sesi Informal dari GINTRE berlangsung pada Minggu (11/10). Sesuai dengan tema yang diangkat, sesi ini dihadiri oleh dua narasumber utama yakni Rahayu Saraswati selaku Mantan Anggota DPR Periode 2014-2019 Komisi VIII bidang Agama dan Sosial dan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuli Indonesia (GERKATIN). Narasumber pertama memaparkan kondisi penyandang disabilitas di Indonesia dari sudut pandang pemerintah. Hal ini disambut antusias oleh peserta, beberapa di antaranya melontarkan pertanyaan kritis atas langkah pemerintah yang masih dianggap belum maksimal untuk memberikan akses bagi penyandang disabilitas. Untuk narasumber kedua, GERKATIN mengajak peserta untuk belajar Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Peserta sangat antusias mengikuti pembelajaran, salah satu di antaranya berhasil memperkenalkan diri dalam BISINDO.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan Sesi Awarding di kedua chamber dan pemilihan Ketua Angkatan 2020. Untuk kategori Honorable Mention dimenangkan oleh delegasi India dan Kanada, Most Outstanding dimenangkan oleh Afrika Selatan dan Kenya, kategori Best Spokesperson dimenangkan oleh Adito Palendra dari Afrika Selatan dan Jason Thaddeus dari Azerbaijan, kategori Best Position Paper dimenangkan oleh Azerbaijan, dan terakhir untuk kategori Best Delegate dimenangkan delegasi Irlandia dan Estonia. Sedangkan untuk sesi pemilihan ketua angkatan, Benedictus Andrew Ravian terpilih sebagai Ketua Angkatan HI Unpar 2020.

Di akhir acara, dua mahasiswa berbagi pengalamannya pada Warta Himahi. Rizal dari delegasi Irlandia chamber 1, mengaku bahwa acara ini merupakan pengalaman baru baginya. Saat berlangsungnya sidang formal, ia mengaku menemui kesulitan dalam merangkul delegasi lain untuk menemui kesepakatan, meski pada akhirnya ditemukan titik tengah. Sedangkan Jason dari delegasi Azerbaijan chamber 2, memandang hal lain. Ia melihat acara ini dapat meningkatkan keterampilan khususnya ilmu formalitas. Sedangkan terkait terjadinya deadlock di chamber 2, Jason memandang negosiasi alot itu terjadi karena sikap saling bersikeras dari delegasi. Meski ia mengaku terdapat banyak ide bagus saat bernegosiasi, ia pribadi merasa hal tersebut kurang sukses akibat tidak adanya kompromi. Terakhir, untuk sesi informal, Rizal percaya bahwa kesadaran dan relevansi dukungan bagi penyandang disabilitas telah meningkat. Sedangkan bagi Jason, ia menaruh harapan di mana setelah acara usai, ia berharap lingkungan kampus dapat lebih inklusif untuk sahabat penyandang disabilitas.

“Rizal percaya bahwa kesadaran dan relevansi dukungan bagi penyandang disabilitas telah meningkat. Sedangkan bagi Jason, ia menaruh harapan di mana setelah acara usai, ia berharap lingkungan kampus dapat lebih inklusif untuk sahabat penyandang disabilitas.”