GINTRE 2021: Kestabilan Pangan di Era Pandemi

Pada hari Minggu (10/10), mahasiswa program studi Ilmu Hubungan Internasional (HI) Universitas Katolik Parahyangan memulai rangkaian orientasi jurusan dikenal dengan sebutan Gathering and Introducing International Relations (GINTRE). Guna memupuk pengetahuan dasar akan ilmu HI, GINTRE bertujuan untuk memperkenalkan para mahasiswa baru perihal praktik negosiasi dan diplomasi antarnegara atas suatu isu dalam forum internasional.

Tahun ini, GINTRE terdiri dari tiga sesi yang dilaksanakan secara daring. Dimulai dari sesi persiapanlalu sesi formal, dan diakhiri oleh sesi informal. Sesi persiapan merupakan awal dari rangkaian GINTRE yang berfungsi sebagai tempat berlatih para mahasiswa agar mulai mengenal praktik diplomasi. Pada sesi tersebut, mahasiswa baru mempersiapkan diri mereka sebelum akhirnya terjun dalam sesi formal.

Sesi formal GINTRE 2021 berlangsung secara virtual pada hari Minggu (17/10). Sesuai tema yang diusung GINTRE tahun ini adalah “Tackling the Impacts of Covid-19 on Food Security”, delegasi GINTRE terbagi ke dalam dua chamber Food Agriculture Organization (FAO) yakni pertemuan mengenai “Provision of Staple Crops” dan “Provision of Livestock”. Sesi ini berlangsung dengan baik dengan delegasi di setiap chamber aktif berbicara serta mengemukakan pendapat sesuai stance negara masing-masing terkait dengan isu kestabilan pangan pada masa pandemi. Sesi formal lalu tersebut ditutup dengan voting working paper yang dimenangkan oleh Aliansi 1 di chamber pertama serta Aliansi 2 di chamber kedua.

Kemudian, GINTRE 2021 dilanjutkan dengan sesi informal yang dilaksanakan pada Minggu (24/10) secara virtual melalui Zoom. Sesuai dengan tema yang diangkat pada tahun ini, sesi ini dihadiri oleh dua narasumber yang ahli dalam bidang pangan yaitu Henry Saragih selaku Ketua Umum Serikat Petani Indonesia dan Profesor Ali Agus selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Pemaparan materi pertama dibawakan oleh Henry Saragih dengan melihat dampak Covid-19 terhadap kerawanan pangan pada sisi pertanian. Menurut Henry, kedaulatan pangan sangat penting terutama di era pandemi ini. Sebagai generasi muda dan agen perubahan sosial, mahasiswa baru diharapkan dapat ikut memberikan kontribusi mulai dari hal paling kecil seperti mengapresiasi dan menghilangkan stigma negatif para petani.

Sementara itu, pemaparan materi kedua dibawakan oleh Profesor Ali Agus dengan melihat sisi yang berbeda yaitu sisi peternakan. Profesor Ali memiliki pandangan bahwa masalah gizi utama di Indonesia adalah rendahnya konsumsi pangan asal hewan ternak. Padahal hal ini berperan penting dalam mewujudkan gizi seimbang untuk pertumbuhan, kecerdasan, dan kesehatan. Oleh karena itu, Profesor Ali menekankan bahwa perlu adanya partisipasi aktif dari generasi muda untuk mempromosikan pentingnya pangan ternak bagi manusia.

Sesi informal GINTRE 2021 ditutup dengan sesi pemberian penghargaan untuk kedua chamber. Kategori honorable mention dimenangkan oleh Austria dan Ghana, best delegate dimenangkan oleh Haiti dan Australia, most outstanding delegate dimenangkan oleh Perancis dan Bulgaria, dan best position paper dimenangkan oleh Turki. Disamping itu, kategori best spokesperson dimenangkan oleh dua mahasiswa yaitu Rizky Aditya Ramadhan dari Kongo dan Darren Christopher dari Mesir. Selamat, ya! (TA, KA, ZN)