Glory, Glory, We’re Uniting!

Goolll!!!” Mungkin beberapa hari terakhir ini, sering terdengar teriakan semangat dari ayah, saudara, tetangga, atau bahkan satpam di pos ronda lingkungan rumah kita. Mungkin, ada teman sebaya kita yang memilih untuk duduk di belakang kelas karena ingin memejamkan mata selama jam kuliah berlangsung dengan alasan habis bangun semalaman. Unggahan Instagram pun diramaikan dengan perolehan skor para tim sepak bola yang bertanding. Hal-hal kecil seperti selebrasi Cristiano Ronaldo juga menjadi bahan perbincangan hingga ditirukan oleh banyak orang. Hal tersebut tidak mengherankan karena per 20 November 2022 lalu, Piala Dunia 2022 yang dilaksanakan di Qatar resmi dimulai. 

Semangat ini juga ditunjukkan dari banyaknya acara-acara bertemakan Piala Dunia yang diselenggarakan. KawanWH pasti pernah melihat atau bahkan mengikuti acara nonton bareng atau nobar Piala Dunia. Biasanya, acara-acara nobar diadakan di tempat umum seperti restoran, kafe, hingga di pusat perbelanjaan. Bahkan, banyak dari para penggemar sepak bola dengan senang hati membuka rumah mereka bagi orang lain untuk acara nobar Piala Dunia. Acara nobar juga dihadiri suporter dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak muda hingga lansia yang masih bersemangat untuk memakai jersey tim favoritnya sembari menyaksikan tim yang mereka dukung hingga pagi menyingsing. 

Nobar tidak hanya diramaikan suporter dari tim yang bermain, melainkan juga orang-orang yang sekadar lewat pada saat itu. Akan tetapi, meski dihadiri berbagai suporter dari tim yang berbeda, tetap ada rasa kesatuan yang hadir. Rasa tersebut terbangun dari adanya interaksi yang diciptakan, obrolan-obrolan ringan mengenai strategi masing-masing tim yang didukung, atau bahkan saling menyombongkan pemain tim masing-masing. Obrolan-obrolan ringan hingga candaan mengenai melesetnya tendangan seorang pemain dapat menciptakan rasa “keterkaitan”. Kemenangan dan kekalahan tentunya juga disaksikan bersama dalam acara seperti ini. Rasa ‘senasib’ sesama suporter tim yang kalah maupun yang menang, secara tidak langsung membuat mereka menjadi satu. 

Menghadirkan ‘persaudaraan’ di tengah keberagaman

Semangat Piala Dunia juga berhasil menghadirkan sebuah kedekatan dan kehangatan bagi para penontonnya yang beragam. Bagaimana caranya? Walaupun kebanyakan penggemar tidak hadir secara langsung ke Qatar, Piala Dunia masih dapat berkontribusi dalam mengumpulkan individu yang memiliki minat dan ketertarikan yang sama. Seseorang yang memiliki sebuah minat, jika bertemu dengan orang yang mempunyai minat serupa, tentunya akan merasa familiar dan memiliki ruang untuk bertukar pikiran dan menyalurkan minatnya. Jadi, meskipun mereka mendukung tim nasional yang berbeda, tetap ada perasaan bersatu yang hadir karena adanya kesamaan minat di antara mereka. Semangat ini terutama dirasakan para suporter internasional yang secara langsung dapat hadir ke Qatar untuk mendukung negara masing-masing. 

Ternyata, sepak bola memiliki peran yang jauh lebih esensial. Olahraga sepak bola dapat dijadikan sebagai salah satu strategi negara untuk mempererat hubungan dengan negara lain melalui sebuah bentuk diplomasi yang disebut diplomasi olahraga (sports diplomacy). Dikutip dari artikel jurnal berjudul “Sports Diplomacy: South Africa and FIFA 2010“ oleh Bishnupriya Padhi, sports diplomacy sendiri adalah ketika sebuah negara memanfaatkan olahraga sebagai alat politik mereka untuk dapat mempromosikan bidang-bidang lain yang dimiliki sebuah negara, seperti budaya

Hal ini mungkin terjadi karena sepak bola merupakan olahraga terpopuler yang diminati masyarakat internasional. Hal ini menjadikan sports diplomacy melalui sepak bola adalah cara jitu untuk bisa menyatukan masyarakat internasional dari berbagai negara. Sepak bola sebagai bentuk sports diplomacy juga dapat membantu negara-negara dalam mempromosikan kultur atau budaya lokal yang mereka miliki. Contohnya, pada Piala Dunia 2010 lalu, Afrika Selatan dapat dengan leluasa mempromosikan kebudayaan lokal mereka melalui soundtrack dan video musik resmi Piala Dunia 2010. Selain sepak bola, masih banyak cabang olahraga lain yang dimanfaatkan untuk mempererat hubungan antar negara seperti badminton hingga seni bela diri.

Selain sepak bola dan Piala Dunia, olahraga secara umum dapat dilihat sebagai ‘perekat’. Sebagai contoh, salah satu olahraga yang berdampak pada politik apartheid di Afrika Selatan adalah rugby. Sebagai salah satu upaya untuk menanamkan prinsip kesetaraan antara orang kulit putih dan hitam, Nelson Mandela menggunakan pendekatan yang lebih familiar yaitu dengan memanfaatkan olahraga rugby dalam perjuangannya menghapus politik apartheid di Afrika Selatan.

Piala Dunia = Bersatunya Dunia?

Peran Piala Dunia dalam menghadirkan persatuan membuat esensi dari sepak bola lebih dari sekadar olahraga. Permainan ini mampu menghadirkan suatu bentuk ikatan emosional bagi para penggemar, bahkan hingga non-penggemar. Sebagai sarana mempromosikan kultur atau budaya lokal, semangat membara di Piala Dunia dapat menciptakan sebuah “rumah” baru dengan perasaan “kehangatan” yang ada di dalamnya.