Pada Senin (17/1), Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) mengadakan acara Dies Natalis ke-67 dengan tema “Pancasila Kekuatan Rakyat dan Keindahan Tradisi”, sekaligus peresmian gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG) 2. Acara ini dilaksanakan secara hybrid (online dan offline) dan dihadiri oleh seluruh sivitas akademika UNPAR dan tamu undangan seperti alumni dan perwakilan yayasan. Tidak hanya itu, acara Dies Natalis kali ini juga dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Kunjungan beliau menandakan kunjungan ke-2 Presiden Indonesia ke UNPAR yang sebelumnya dilakukan oleh Soekarno pada Dies Natalis ke-6 UNPAR. Di samping Jokowi, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat, beserta jajaran pejabat negara lainnya turut hadir dalam acara ini. Acara Dies Natalis dibuka dengan kata sambutan dari Rektor UNPAR, Mangadar Situmorang. Dalam kata sambutannya, Bapak Mangadar menyampaikan alasan pemilihan tema Dies Natalis tersebut dikarenakan implementasi Pancasila yang kuat selama kepemimpinan Jokowi.
Acara Dies Natalis ke-67 UNPAR kemudian dilanjutkan dengan presidential lecture dari Jokowi yang diawali dengan penyampaian tantangan global saat ini. Kehadiran revolusi industri 4.0 dan pandemi Covid-19 yang tidak diperhitungkan oleh banyak negara menimbulkan ketidakpastian global yang terus meningkat setiap harinya. Meskipun demikian, Jokowi dapat berbangga dengan upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk mengatasi hal tersebut, khusus dalam penanganan pandemi. Bagi Jokowi, kekuatan Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain adalah gotong royong antar masyarakat sebagai implementasi Pancasila. “Itu saya lihat betul implementasi dari Pancasila itu ada, masih kuat sekali, kegotongroyongan kita. Itu yang tidak dimiliki negara lain,” ujar Jokowi dalam pidatonya tersebut.
Selain itu, Jokowi juga menyampaikan visinya untuk melakukan transformasi ekonomi Indonesia yang akan dilakukan melalui tiga cara, yaitu hilirisasi industri, ekonomi hijau dan ramah lingkungan, serta digitalisasi ekonomi. Dalam pidatonya, Jokowi menekankan bahwa visi tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, Jokowi mengajak perguruan tinggi, termasuk UNPAR, untuk memberikan kesempatan dan memfasilitasi mahasiswa agar mereka dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Jokowi juga memberi pesan bagi para mahasiswa untuk terus belajar dan mengembangkan diri agar dapat menghadapi dunia yang terus mengalami perubahan.
Sebagai akhir dari pidatonya, Jokowi juga membahas mengenai perpindahan ibukota ke Kalimantan Timur. Dalam hal ini, Jokowi menegaskan bahwa pemindahan ibukota bukan hanya sekedar pemindahan bangunan fisik tetapi sebagai simbol transformasi Indonesia. Kehadiran ibukota baru ini diharapkan dapat menjadi simbol Indonesia baru yang berbasis pada inovasi, teknologi, dan ekonomi hijau.
Sebelum acara ini ditutup dengan penampilan dari Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UNPAR, Jokowi menyampaikan harapannya untuk UNPAR. Beliau berharap UNPAR dapat terus berkontribusi untuk kemajuan Indonesia melalui sumber daya manusia yang unggul, inovasi, dan karya-karya nyata lainnya. “Teruslah berinovasi untuk kemajuan negeri, dirgahayu the great UNPAR.” ucap Jokowi sebagai penutup dari pidatonya. Acara Dies Natalis ke-67 UNPAR secara resmi ditutup dengan penandatangan prasasti oleh Jokowi sebagai simbol peresmian gedung PPAG 2. (ZN)