Merintis karir menjadi musisi itu ga gampang. Banyak tantangan dalam berkarya, seperti industri yang kompetitif, writer’s block yang menghalangi kreativitas, dan lain-lain. Akan tetapi, masih banyak individu yang memiliki cita-cita menjadi musisi dan berusaha untuk merintis karirnya. Dengan tekad dan kerja keras untuk mencapai impian mereka, para musisi berusaha untuk tetap berkarya meski harus menghadapi banyak tantangan. Maka, dalam kesempatan kali ini, Warta Himahi ingin memperkenalkan KawanWH dengan salah satu musisi yang sedang berjuang untuk merintis karirnya!
Meet the artist!
“Sekarang gue kuliah, tapi gue punya side-hustle sebagai musisi kalengan,” ucap Jason Ezra, seorang musisi yang berasal dari Ibu Kota Jakarta. Meski sering dikenal dengan nama panggung ‘Jayezmaail’, Mail juga menjadi nama panggilan yang akrab baginya. Saat ini, ia sedang berfokus dengan dunia perkuliahan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Film dan Televisi. Selain bergulat dengan perfilman dan televisi, Mail memiliki kecintaan tersendiri terhadap musik.
Arti musik untuk sang musisi
Musik memiliki makna yang berbeda-beda bagi setiap musisi. Namun, untuk Mail sendiri, musik merupakan refleksi dari karakter dirinya. Musik adalah wadahnya untuk berkata jujur, tanpa ada rasa untuk membohongi diri. Melalui musik, Mail dapat bercerita mengenai keluh kesahnya. “Emang dari kecil makanan gue musik, sih, jadinya hidup gue selalu dikelilingi oleh musik,” ujarnya. Semenjak ia kecil, musik telah menjadi dunianya. Inspirasinya dalam bermusik tidak jauh datang dari keluarganya sendiri, lebih tepatnya ayahnya. Mail teringat saat ia berumur 6 tahun, ayahnya sering membuat lagu dan memainkannya melalui speaker.
“It gets exciting, jadinya gue belajar musik sendiri dari kelas 8. Inspirasi gue emang datang dari rumah,” katanya. “Kalau motivasi buat gue saat ini, ya, perasaan gue sendiri,” lanjutnya. Sebagai pelampiasan, Mail menuliskan perasaannya dan membuatnya menjadi sebuah lagu. Walau terkadang terhalangi oleh writer’s block, ia berusaha untuk tetap menulis apa yang ada di pikirannya.
Musik sebagai safe space
Bagi Mail, musik merupakan safe space; sebuah zona nyaman untuknya. “Tapi kalau gue rilis karya, itu udah jadi konsumsi publik, sih,” ucapnya. Persepsinya, sometimes it gets too personal. Akan tetapi, walaupun musiknya telah menjadi konsumsi publik, Mail tetap memilih untuk mengekspresikan dirinya melalui musik. “Ketika gue bisa ngomong apa aja yang ada di pikiran gue, itu bisa jadi safe space gue. How to keep me sane? Dengan gue bisa ngomong apa aja yang gue mau,” lanjutnya.
Hal ini terlihat dari karya terbaru Mail. “Lagu terbaru gue “To Ur Love/Classic Rendezvous” itu personal banget. Pas rilis, gue baru putus sama pacar gue, makanya itu personal banget,” lanjutnya. Setiap Mail membuat karya, ia berusaha untuk mengingat kembali kenangan-kenangan yang ia miliki.
Ketertarikannya dalam mengekspresikan perasaan tidak hanya berhenti di musik, tetapi Mail juga menemukan passion dalam filmmaking. “Buat gue, di filmmaking bisa lebih enhanced menyampaikan pesannya,” ucapnya.
Pesan untuk para musisi yang sedang berjuang
“Push through to exceed everyone in every aspect” merupakan moto dari Mail dalam berkarya. Kompetisi dalam dunia musik memang keras, apalagi dengan bertambahnya saingan seiring berjalannya waktu. Selama 7 tahun berada dalam dunia musik, Mail melihat banyak musisi yang sedang berjuang. “They keep making the same mistakes, repetition is very wrong,” komentarnya.
Keluar dari zona nyaman memang merupakan tantangan. Namun, bagi Mail, safe space bukan lagi tentang masalah kenyamanan sendiri, tetapi keberanian untuk berekspresi tanpa batas.