California saat ini tengah dilanda krisis air dan kekeringan berkepanjangan. Hal ini ditandai dengan situasi mengkhawatirkan yang terjadi di dua waduk terbesar California, yaitu Danau Shasta dan Danau Oroville. Berdasarkan data dari CNN, air di Danau Shasta hanya terisi 40% dari kapasitas penuh danau tersebut pada awal bulan Mei. Sementara itu, air di Danau Oroville hanya mencapai 55% dari kapasitas penuhnya. Ketinggian air tersebut juga merupakan ketinggian air terendah di Danau Oroville sejak tahun 1977. Kondisi tersebut menjadi kekhawatiran dikarenakan Danau Shasta dan Danau Oroville terhubung dengan sungai dan kanal sehingga dapat memengaruhi kondisi waduk lainnya. Apabila air di Danau Shasta dan Danau Oroville surut, maka air di waduk-waduk lainnya akan terkuras meski telah terisi penuh.
Akibat keringnya Danau Shasta dan Danau Oroville, jumlah pengiriman air kemudian dibatasi dan dikurangi. Danau Oroville hanya menyediakan 5% dari jumlah air yang diminta untuk agensi air. Sementara Danau Shasta membatasi penerima air mereka menjadi hanya kepada pelanggan pertanian yang memegang hak air senior dan beberapa distrik irigasi di daerah Lembah San Joaquin Timur.
Kekeringan yang terjadi di California sebenarnya sudah terjadi sejak bulan Maret 2020 lalu dan masih terus berlanjut. Sebuah studi dari Jurnal Geophysical Research Letters menyatakan bahwa kekeringan ini merupakan kondisi terparah yang dialami oleh California selama 1200 tahun terakhir. Adapun kekeringan tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor, seperti curah hujan dan salju yang rendah, musim kemarau, serta gelombang panas yang intens. Dilansir dari CNBC, penduduk California mengandalkan lelehan salju dari Sierra Nevadas dan Pegunungan Rocky sebagai sumber air mereka. Hal ini membuat krisis air dan kekeringan mudah terjadi ketika hujan dan salju turun lebih sedikit akibat perubahan iklim. Dikutip dari The Guardian, Michael Mann, seorang ilmuwan iklim, mengatakan bahwa ada kemungkinan kekeringan yang terjadi di California saat ini adalah dampak dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Pertanian dan Perkebunan Alami Kerugian Besar
Kekeringan dan krisis air yang terjadi di California ini membawa dampak yang cukup signifikan pada sektor pertanian dan perkebunan. Joe Del Bosque, seorang petani California, terpaksa mengosongkan hampir setengah dari 2.000 hektar tanah miliknya. Dilansir dari CNN, Del Bosque mengaku bahwa ia tidak dapat menanam asparagus dan jagung manis serta harus melepas sekitar 100 orang petani akibat krisis tersebut. “Saya punya tanah, saya punya orang. Saya punya segalanya, tapi tidak ada air,” ucap Del Bosque dalam wawancaranya kepada CNN pada 4 Juni 2022.
Tidak hanya Del Bosque, tanggapan serupa datang dari Gary Briggs, seorang pemilik lahan pertanian dan perkebunan di California. Mengutip dari CNN, Briggs mengatakan bahwa sumur pribadi milik keluarganya sudah mengering dan tidak menghasilkan air selama lebih dari satu dekade. Briggs juga mengaku bahwa tanaman di perkebunan mereka sudah tidak subur dan indah seperti dahulu akibat krisis air dan perubahan iklim. “Sekarang semua itu tanah,” ucap Briggs pada CNN. “Percaya atau tidak, perubahan iklim itu ada di sini, dan California adalah gambaran nyata untuk itu,” tambahnya.
Berdasarkan data dari CNN, kekeringan dan krisis air di California berkontribusi pada kerugian sebesar 1,1 miliar USD yang dialami oleh sektor pertanian di tahun 2021. Krisis ini juga membuat banyak petani kehilangan pekerjaannya dan terpaksa harus beralih profesi. (TKG)