Kelaparan Global Meroket, COVID-19 Bahan Bakarnya

Sumber: Twitter @WFP

Target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk menyelesaikan masalah kelaparan di dunia terancam tidak bisa tercapai karena pandemi Covid-19. Kelaparan global telah menjadi isu yang sangat mengkhawatirkan selama beberapa dekade terakhir. Dalam waktu lima tahun, jumlah orang yang mengalami kelaparan meningkat sebanyak 60 juta orang dan peningkatan ini terus terjadi. Namun, di tahun 2020, sepuluh tahun sebelum target SGDs diharapkan tercapai, pandemi Covid-19 yang saat ini melanda hampir semua negara di dunia, hanya memperburuk kondisi tersebut.

David Beasly, Direktur Eksekutif World Food Programme, mengatakan bahwa sebelum adanya pandemi Covid-19, secara global sudah ada 135 juta orang yang berada di ambang kelaparan dan ada 821 juta orang yang sudah mengalami kelaparan tingkat akut. United Nations World Food Programme (WFP) memprediksi bahwa angka tersebut akan bertambah dua kali lipat tahun ini akibat dampak ekonomi dari Covid-19. Sekitar 265 juta orang akan mengalami kelaparan akibat adanya pandemi Covid-19 terutama masyarakat di zona konflik. Kepala Ekonom WFP, Arif Husain, mengatakan bahwa kekhawatiran terbesar WFP adalah orang-orang di negara yang sedang mengalami konflik di mana tanpa adanya Covid-19 pun mereka sudah kesulitan mengakses makanan. Melalui akun Twitter resminya, WFP menambahkan bahwa perlu adanya penanganan yang cepat dan tegas jika kita tidak ingin mengalami pandemi kelaparan setelah pandemi Covid-19.

Tidak hanya kelaparan, masalah kekurangan gizi juga semakin diperburuk oleh pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan The State of Food Security and Nutrition in the World, pandemi Covid-19 diprediksi dapat menyebabkan 83 hingga 132 juta orang mengalami kekurangan gizi tahun ini. Padahal sebelum pandemi Covid-19 melanda, sudah ada 2 miliar orang yang mengalami kekurangan gizi akibat sulitnya akses terhadap makanan sehat dan bergizi.

Dalam laporan yang sama, PBB mengatakan bahwa masalah kekurangan gizi ini terjadi hampir di seluruh dunia dengan Afrika sebagai benua yang menghadapi risiko terbesar. Di Afrika, 250 juta orang mengalami kekurangan gizi dan seperempat dari populasi Afrika diprediksi akan mengalami kekurangan gizi pada tahun 2030 jika kondisi ini tidak segera diatasi.

Meskipun Asia memiliki lebih dari separuh orang yang kekurangan gizi yaitu pada angka 381 juta, PBB mengatakan bahwa Asia telah mengalami kemajuan. Sejak 2015, jumlah orang yang mengalami kelaparan di Asia turun sebanyak 8 juta orang. Berbeda dengan Asia, Amerika Latin dan Karibia justru mengalami kemunduran. Selama beberapa tahun terakhir, jumlah orang yang kekurangan gizi meningkat sebanyak 9 juta orang di wilayah ini.

Alasan utama kelaparan dan kekurangan gizi ini terjadi adalah karena masyarakat tidak mampu untuk membeli makanan sehat. Terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah, atau sekitar 3 miliar orang di dunia, yang tidak mampu untuk membeli makanan sehat. Saat ini, keadaan juga semakin berat ditambah dengan berkurangnya pendapatan masyarakat karena hilangnya pekerjaan dan penghasilan karena pandemi. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka dikhawatirkan jumlah orang yang kelaparan dan kekurangan gizi dapat melampaui 840 juta jiwa pada beberapa tahun ke depan.