Pada Sabtu (20/8), Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mengemukakan bahwa Pakistan ingin menjalin perdamaian permanen dengan India. Terlebih dari itu, Sharif juga mengatakan bahwa perdamaian dan penyelesaian konflik di Kashmir akan dilakukan sesuai dengan resolusi yang telah diusulkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagaimana dikutip dari The News International.
Hal ini menjadi titik terang mengingat bahwa konflik antara kedua negara terkait wilayah Kashmir telah berlangsung sejak lama. Namun, apa sih yang sebenarnya terjadi di antara mereka? Berikut hal-hal penting yang harus KawanWH ketahui tentang konflik Kashmir antara India dan Pakistan.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Sejak beberapa dekade lalu, India dan Pakistan saling memperebutkan wilayah Kashmir. Wilayah yang terletak di barat laut India ini berada di lokasi yang sangat strategis dan kaya akan sumber daya alam seperti batu bara dan tembaga. Hal tersebut menjadi alasan utama di balik klaim India dan Pakistan terhadap Kashmir. Akibat perebutan wilayah tersebut, berbagai pemberontakan pun mulai bermunculan di Kashmir.
Tidak hanya itu, perubahan status Kashmir secara mendadak oleh India juga memperburuk konflik. Selama tujuh dekade terakhir, Kashmir memiliki status istimewa yang memperbolehkannya untuk memiliki konstitusi sendiri. Namun, pada Agustus 2019, India mencabut status istimewa tersebut karena status ini dianggap menghambat integrasi Kashmir dengan India. Dalam merespons pencabutan tersebut, pemerintah Pakistan menyatakan bahwa India telah melanggar hukum dan bersumpah untuk menggunakan semua opsi yang ada untuk melawan India. Salah satu caranya adalah dengan menghentikan sebagian besar perdagangannya dengan India. Tidak hanya Pakistan, masyarakat Kashmir juga merasa bahwa hal tersebut merupakan bentuk pengkhianatan terhadap mereka. Akibatnya, mereka melakukan pemogokan kerja di beberapa wilayah Kashmir.
Mengapa konflik terjadi?
Konflik kedua negara diawali dengan pemisahan wilayah India oleh Inggris pada tahun 1947. Dalam hal ini, Inggris membagi wilayah jajahannya menjadi dua, yaitu India dengan mayoritas penduduk beragama Hindu dan Pakistan dengan mayoritas penduduk Muslim. Berbeda dengan wilayah lainnya, Kashmir diberikan kebebasan untuk memilih bergabung dengan salah satu negara atau menjadi negara merdeka. Kashmir kemudian memutuskan untuk merdeka, tetapi memiliki status khusus dalam konstitusi India. Hal tersebut pada akhirnya membuat India dan Pakistan memiliki keinginan untuk mengambil alih Kashmir sepenuhnya. Hingga pada Oktober 1947, terjadilah perang pertama antara India dan Pakistan atas Kashmir.
Pada tahun 1963, India dan Pakistan mengadakan perundingan mengenai sengketa Kashmir. Namun, perundingan tersebut gagal karena tidak ada kesepakatan yang dicapai, sehingga Pakistan kemudian merujuk kasus ini ke Dewan Keamanan PBB pada 1964. Akan tetapi, walaupun telah merujuk kasus tersebut, konflik di Kashmir tidak juga terselesaikan dan mencapai jalan buntu. Hal ini membuat konflik tersebut masih terus berlangsung hingga saat ini, dengan mengakibatkan sebanyak 48.000 korban jiwa sejak tahun 1988 hingga sekarang.
Bagaimana situasi terkini di Kashmir?
Sejak April 2022, militan di wilayah Kashmir yang dikuasai India telah melancarkan operasi pembunuhan yang menargetkan umat Hindu Kashmir. Alasan utama para militan dalam pembunuhan tersebut adalah sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah India. Dalam operasi tersebut, setidaknya enam orang Hindu telah menjadi korban. Peristiwa ini membuat minoritas Hindu Kashmir yang tersisa melarikan diri dari Kashmir ke bagian wilayah lain di India. Dilansir dari Reliefweb, pemerintah India berencana meningkatkan kebijakan keamanan dan hukuman untuk menangani pemberontakan dan kekerasan anti-Hindu yang terjadi di Kashmir.
Bagaimana respons internasional tentang konflik Kashmir?
Konflik yang terjadi antara India dan Pakistan telah menjadi isu keamanan global, terlebih dengan fakta bahwa keduanya memiliki senjata nuklir. Hal ini membuat beberapa negara ikut turun tangan dalam upaya penyelesaian konflik, salah satunya adalah Inggris. Dilansir dari Daily Times, mantan Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mendesak India dan Pakistan untuk mengurangi ketegangan di wilayah Kashmir. Selain itu, mantan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, juga pernah menawarkan diri untuk mengadakan mediasi antara kedua negara pada tahun 2019. Tidak hanya Inggris dan Iran, Amerika Serikat juga terus mendorong upaya diplomasi antara India dan Pakistan dalam menyelesaikan masalah Kashmir. Meski begitu, terlepas dari dorongan dunia internasional serta keterbukaan Pakistan terhadap upaya perdamaian dengan India, belum ada perkembangan lebih jauh terkait proses perdamaian kedua negara tersebut. (ARM)