Keputusan aparat keamanan Israel yang menutup akses ke Masjid Al-Aqsa memicu peningkatan bentrok antara warga Palestina dan tentara Israel pada Jumat (7/5). Pasalnya, peristiwa ini terjadi ketika warga muslim Palestina sedang melakukan ibadah dalam menyambut malam Lailatul Qadar di akhir bulan Ramadhan. Ratusan penduduk Palestina yang sedang melakukan tarawih terluka dalam bentrokan dengan pasukan Israel yang melepaskan gas air mata, granat kejut, hingga peluru karet kepada warga Palestina yang hanya bersenjatakan batu.
Dalam waktu yang sama, warga Palestina juga tengah melakukan protes demi mempertahankan tanah dan rumah mereka dari pengusiran paksa oleh para pemukim Yahudi di Sheikh Jarrah, timur Yerusalem. Namun, dengan terjadinya eskalasi konflik, sidang pengadilan yang diusulkan oleh Dewan Keamanan PBB terpaksa harus ditunda terkait pengusiran paksa tersebut. Tidak menunjukan tanda-tanda akan segera berakhirnya serangan, Dewan Keamanan PBB memindahkan jadwal rapat darurat pada Minggu (16/5) untuk membahas eskalasi kekerasan antara Israel dengan Hamas di Gaza, namun mereka masih belum mengambil tindakan.
Israel kembali membombardir jalur Gaza menggunakan pesawat-pesawat tempurnya melalui serangkaian serangan udara pada Sabtu (15/5) lalu. Serangan ini menghantam banyak tempat penampungan pengungsi, rumah warga sipil, sekolah, dan gedung yang ditempati oleh media internasional. Dilansir dari Al-Jazeera, setidaknya 188 dengan 55 anak-anak dan 33 perempuan telah tewas sejak Israel melancarkan serangan di Gaza pada 10 Mei lalu.
Serangan udara yang mengguncang Kota Gaza mengakibatkan banyak warga dilaporkan hilang tertimbun reruntuhan rumah. Sedangkan, anak-anak dan perempuan di tempat penampungan lainnya terus berteriak histeris ketakutan. Dilansir juga dari BBC, salah satu warga Palestina, Najla Shawa, seorang pekerja kemanusiaan Palestina dan ibu dari dua anak menceritakan peristiwa menegangkan tersebut. “Saya bersiap-siap untuk mati. Malam-malam sangat menakutkan bagi kami—untuk anak-anak kami. Setiap hari, rumahmu bisa jadi kuburanmu,” cerita Najla. Najla juga mengatakan bahwa warga sipil Palestina yang tinggal di Kota Gaza merasa kelelahan dan ketakutan setiap harinya. Mereka selalu bisa mendengar jet tempur Israel yang terbang di atas kepala, sekaligus berbagai ledakan rudal, “Kami juga gemetar karena kami sangat takut. Tidak ada yang merasa aman di rumah mereka sendiri dan di mana pun,” lanjutnya.
Melihat konflik yang terus bereskalasi, AS, Uni Eropa, Rusia serta Inggris mendesak kedua pihak berkonflik untuk segera mengakhiri pertikaian yang terjadi. Namun, sebagaimana dilansir dari Reuters, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Sabtu (15/5) mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa Israel akan terus melakukan serangan kepada Gaza sebagai cara yang diperlukan untuk memulihkan ketenangan di Israel. Merespon keadaan ini, kelompok militan Hamas juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan bergerak mundur. Mereka justru semakin gencar menembakkan ratusan roket ke kota-kota di Israel hingga mencapai wilayah Tel Aviv.
Eskalasi konflik ini juga memicu berbagai reaksi masyarakat internasional. Di berbagai media sosial, beberapa warga Palestina yang telah membagikan berita mengenai anggota keluarga mereka yang kehilangan nyawanya di media sosial juga mengundang banyak simpati warganet. Di Twitter, tagar #SavePalestine yang berhasil menembus 1,1 juta tweets dipergunakan oleh warganet sebagai bentuk kecaman terhadap serangan Israel di jalur Gaza. Tagar tersebut juga diikuti oleh berbagai komentar warganet yang mengecam aksi tentara Israel, “Ini bukan tentang agama, melainkan tentang kemanusiaan. Kalian tidak harus menjadi orang muslim atau orang Palestina untuk melawan pemerintah dan tentara Israel. Jadilah manusia!” tulis akun Twitter @Binth_Haris_ pada Selasa (11/5) lalu.
Berbagai unjuk rasa pro-Palestina ditunjukan di kota-kota besar seperti di New York, London, Tokyo, dan Madrid sebagai bentuk dukungan terhadap warga Palestina dalam menghadapi serangan Israel di Gaza. Ribuan pengunjuk rasa melambaikan bendera Palestina dan meneriakkan berbagai slogan seperti Freedom for Gaza. Beberapa selebriti juga turut berkontribusi terhadap aksi solidaritas ini. Pada Rabu (12/5) lalu, Zayn Malik melalui akun Twitternya ikut memberikan komentar, “Saya mendukung rakyat Palestina dan mendukung perlawanan mereka terhadap penjajahan serta perlindungan hak asasi manusia mereka. Hati saya sakit untuk keluarga yang kehilangan orang yang dicintai. Ini harus diakhiri. Bebaskan Palestina,” tulis Zayn Malik dalam akun Twitternya. (NA)