KawanWH, tahu ga, sih kalau tanggal 16 November diperingati sebagai hari toleransi internasional, lho! Rasa toleransi pastinya harus kita terapkan dan kita langgengkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya ke sesama manusia tetapi juga makhluk di sekitar kita. Toleransi juga erat kaitannya dengan hak asasi. Karena toleransi mengakui adanya kebebasan individu dan kebebasan mendasar. Setiap mendengar ‘hak asasi’ kebanyakan dari kita mengasosiasikannya dengan manusia. Tetapi, hewan pun perlu dijunjung dan menerima hak asasi demi kesejahteraannya.
Hak asasi hewan bukanlah suatu hal yang baru. Mungkin banyak dari kita bertanya-tanya mengapa hewan juga membutuhkan hak asasi. Sebagai manusia, kita diberikan kemampuan akal budi untuk melindungi diri dari ancaman. Kita juga memiliki akal budi untuk memilah hal yang salah bagi raga. Namun, tidak dengan hewan. Banyak orang juga menganggap dirinya superior dan menjadi penguasa atas hewan, sehingga mereka mengeksploitasi hewan demi keuntungan. Tidak jarang kita melihat hewan-hewan yang dimanfaatkan pertunjukkan sirkus. Pertunjukan yang dibalut sedemikian rupa hingga kita menganggap merupakan hal yang lumrah jika hewan-hewan diperlakukan tidak layak. Menggunakan perhiasan, melakukan atraksi demi makanan, dan dikurung dalam kandang yang sempit. Sudah banyak perlakuan tidak menyenangkan yang mereka terima untuk memuaskan manusia.
Beberapa dari KawanWH mungkin sudah tidak asing dengan kasus kekerasan pada hewan yang baru-baru ini terjadi. Salah satunya adalah seekor anjing bernama Canon yang meninggal karena dimasukkan ke dalam keranjang kecil sehingga tidak bisa bernafas. Peristiwa ini mendapatkan sorotan dari publik serta dukungan terhadap Canon. Namun, siapa sangka bahwa terdapat juga kelompok-kelompok yang menganggap bahwa hal tersebut terlalu sepele untuk dipermasalahkan. Bahkan, Dinas Pariwisata Aceh Singkil mengungkapkan adanya niatan framing untuk dijadikan viral.
Mungkin juga KawanWH sudah mendengar kasus anak gajah Sumatera yang belalainya terjerat oleh perangkap pemburu. Tindakan tersebut menunjukkan perilaku manusia yang hanya dibutakan oleh kepentingan mereka. Padahal belalai sendiri merupakan organ vital bagi gajah dalam kelangsungan hidupnya. Keacuhan manusia terhadap hidup hewan-hewan ini sangat berdampak sangat nyata pada keberlangsungan hidup mereka. Mendengar hal tersebut cukup mengecewakan, bukan?
Hewan tidak memiliki kemampuan untuk menolak eksploitasi atas dirinya. Seharusnya, kita sebagai manusia bisa bersuara bagi hewan yang tidak memiliki ‘suara’. Upaya ini sudah sepatutnya dilakukan sesuai dengan Deklarasi Hak Asasi Hewan Tahun 1978. Sekitar 46 negara beserta 330 kelompok pecinta hewan menghadiri dan meratifikasi deklarasi tersebut. Dinyatakan bahwa hewan memiliki hak untuk bebas dari rasa lapar dan haus; bebas dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan; bebas dari rasa sakit, cedera, dan penyakit; bebas dari rasa takut dan tertekan; serta bebas mengekspresikan perilaku alami. Indonesia juga telah merumuskan hak asasi hewan, tertera pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan.
Terlepas dari kesepakatan hak asasi hewan, sayangnya masih banyak negara-negara yang melanggar. Selain Indonesia, Jepang dan Amerika Serikat ikut menjadi penyumbang pelanggaran hak asasi pada hewan. Menurut laporan Cruelty Free International, Jepang menempati posisi kedua dan Amerika Serikat menempati posisi ketiga dalam peringkat negara yang menyalahgunakan hewan demi kepentingan manusia. Jepang dan Amerika Serikat berturut-turut menyumbangkan angka 15 juta dan 15,6 juta kasus. Kurangnya edukasi dan pengetahuan menjadi alasan manusia tidak mementingkan hak asasi hewan, apalagi didukung dengan sikap manusia yang merasa lebih superior.
KawanWH, setelah mendengar maraknya kasus kekerasan pada hewan, sudah selayaknya kesadaran kita juga ikut meningkat. Keberadaan hewan memang krusial bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu memenuhi kepentingan dari segala aspek. Namun, bukan berarti manusia dapat bertindak layaknya penguasa dan mengeksploitasi kehidupan hewan. Manusia dan hewan harus bisa hidup berdampingan dan manusia juga harus turut andil dalam menjaga kesejahteraan hewan demi terciptanya keseimbangan. Mari bersama kita lawan kekerasan terhadap hewan!