Karena cukup lama tidak muncul di ruang publik untuk membicarakan Covid-19, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kerap dipertanyakan kinerjanya. Sampai saat ini, di bawah kepemimpinan Terawan sebagai menteri kesehatan, pandemi Covid-19 di Indonesia masih tampak belum sepenuhnya terkendali. Per 4 Oktober 2020, total kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai 300.000 kasus. Angka kematian tenaga kesehatan yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19 juga kian meningkat. Dilansir oleh BBC, menurut data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) per 13 September mencatat sebanyak 115 dokter meninggal yang 60 di antara mereka adalah dokter umum, 53 dokter spesialis, dan dua dokter residen.
Namun, respon Terawan sebagai menteri kesehatan berbeda dengan negara – negara lain di dunia. Brasil, misalnya, sebagai salah satu negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia, telah berulang kali mengganti menteri kesehatannya yang memilih untuk mundur. Sedangkan mantan menteri kesehatan Selandia Baru, David Clark menyebut dirinya sebagai seorang ‘idiot’ sebelum akhirnya mengundurkan diri dan digantikan oleh Chris Hipkins yang saat itu sedang menjabat sebagai menteri pendidikan. Selain Brasil dan Selandia Baru, terhitung juga ada 9 negara lain yang menteri kesehatannya mundur secara sukarela di tengah pandemi.
Anggapan tidak mampunya Terawan dalam mengendalikan pandemi di Indonesia juga menjadikannya bulan-bulanan emosi warganet. Belasan ribu kicauan warganet di Twitter mengenai Terawan membuat tagar #CopotMenkesTerawan menjadi trending topic pada 18 Maret 2020. Puncaknya, pada 28 September 2020, Najwa Shihab dalam salah satu segmen di acaranya, Mata Najwa, menayangkan wawancara imajiner dengan kursi kosong yang dianggap sebagai Terawan.
Dalam segmen acara yang diunggah ke YouTube ini, Najwa menyampaikan beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat menjawab keresahan masyarakat dalam pandemi yang sedang dihadapi ini. Pertanyaan yang disampaikan terhadap kursi kosong tersebut lebih banyak bertujuan untuk mengkonfirmasi tindakan-tindakan yang telah dilakukan Terawan dalam menghadapi Covid-19 sejak Februari 2020. Pertanyaan-pertanyaan kontroversial mengenai kinerja Menkes Terawan berasal dari pernyataannya sebelum Covid-19 akhirnya ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO.
Sebelumnya, di bulan Februari 2020, Terawan sempat menyatakan di acara televisi yang sama bahwa, “Virusnya ringan-ringan saja, hoaksnya luar biasa.” Terawan menyatakan bahwa berita bohong yang beredar mengenai virus yang pada saat itu belum diketahui namanya, sangatlah berbahaya bagi pemahaman masyarakat. Berdasarkan laporan oleh BBC, menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS), 17% responden atau sekitar 15.000 masyarakat Indonesia percaya mereka tidak mungkin terinfeksi Covid-19. Hal ini salah satunya disebabkan informasi yang terbatas dari pemerintah dan pemberitaan yang tidak benar.
Faktanya, sampai saat ini virus yang Terawan anggap ‘ringan’ tersebut telah menyebabkan kurang lebih satu juta kasus kematian di dunia. Sedangkan pada bulan yang Februari, ketika Terawan menganggap virus ini ‘ringan’, tercatat ratusan orang di Tiongkok telah dinyatakan terkena Covid-19 dan angka kematian di Italia sudah mencapai puluhan orang. Selain itu, Terawan juga menyebutkan bahwa Covid-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2 adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease) setelah membuat acara seremonial untuk menjadikan tiga orang pertama yang terkena Covid-19 di Indonesia dinyatakan sembuh sebagai ‘Duta Imunitas Corona’.
Namun, pernyataan Terawan ini berbeda dengan pendapat Dr. dr. M. Darwin Prenggono, Sp.PD-KHOM, FINASIM dalam suatu wawancara pribadi dengan jurnalis Warta Himahi (2/10). Darwin sebagai seorang hematolog, dokter darah dan gangguan pada darah yang erat hubungannya dengan SARS-CoV-2, menegaskan bahwa pernyataan yang disampaikan oleh Terawan kurang tepat. “Pernyataan tersebut sebagian benar, tapi jangan menjadi suatu kepastian karena jika yang terjangkit sudah tua dan memiliki penyakit komorbid (penyakit tambahan, seperti darah tinggi, diabet, obesitas, dll.) akan sangat fatal. Kemudian, virus ini bisa bermutasi yang menyebabkan sifat virus lebih ganas yang menyebabkan daya tahan tubuh menjadi hancur,” jelasnya yang telah beberapa kali menjadi pembicara di webinar virtual mengenai Covid-19.
Sebelum menutup wawancara imajinernya, Najwa sempat mengutarakan pendapat publik mengenai Menkes Terawan di tengah pademi ini yang kemudian kembali diperbincangkan di berbagai sosial media. Najwa menyampaikan bahwa melalui berbagai petisi, publik meminta Terawan secara berbesar hati untuk mundur. Termasuk yang terbaru dalam laman Change.org bertajuk #PutusinTerawan. “Alangkah terhormatnya, jika Bapak Terawan juga mengikuti koleganya di luar negeri dengan mundur sebagai Menteri Kesehatan karena telah gagal menjalankan tugasnya,” tulis para pembuat petisi yang terdiri dari JALA PRT, perwakilan buruh, Sultan Rivandi (Presiden UIN Jakarta 2019), Manik Marganamahendra (Ketua BEM UI 2019) dan Irma Hidayana dari LaporCovid19.