KawanWH, apakah kamu familiar dengan istilah “mohon maaf, sekadar mengingatkan”? Seringkali kita menemukan istilah tersebut pada kolom komentar media sosial sebagai tameng untuk mengeluarkan nasihat. Mungkin KawanWH heran, bukankah nasihat semestinya menjadi ucapan yang positif nan membangun; untuk apa pula diberikan tameng? Memangnya mereka berlindung dari apa? Mari kita bahas satu per satu.
Suatu hari, salah seorang pengguna Instagram mengunggah foto pernikahannya dengan maksud ingin berbagi kebahagiaan. Tiba-tiba muncul sebuah komentar yang menasihati pakaian pengantin perempuan, mengatakan bahwa pakaian tersebut bukanlah pakaian yang sesuai dengan kaidah muslim. Tak lupa, komentar tersebut dilengkapi oleh ucapan “mohon maaf, sekadar mengingatkan”. Terlahir dari kekesalan netizen setelah melihat adanya pengguna media sosial yang seringkali merusak suasana kolom komentar melalui nasihat yang terkesan menjatuhkan, lahirlah meme “mohon maaf sekadar mengingatkan.” Istilah ini seringkali dijadikan sindiran bagi pengguna media sosial yang seringkali merasa lebih baik dari orang lain. Sebagai contoh, munculnya gambar spell card bertuliskan “sekadar mengingatkan” digunakan sebagai kartu pamungkas yang dapat mengalahkan argumen apapun.
Lantas, apakah permintaan maaf di atas diucapkan secara tulus, ataukah hanya sebagai tameng apabila seseorang hendak menyangkal komentar mereka? Padahal, terkadang yang dipermasalahkan bukanlah kesalahan opini mereka. Namun bagaimana mereka tidak dapat melihat situasi sekitar sebelum melontarkan komentar. Berangkat dari contoh kasus di atas, tanpa mereka sadari, komentar mereka justru memperkeruh suasana yang seharusnya dipenuhi dengan doa kebaikan dan perayaan. Komentar mengenai pakaian pengantin hanya menjadi kritik yang menggelitik, sebab sama sekali tidak berkaitan dengan konteks. Bahkan, ucapan “pakaian pengantin perempuan kurang sesuai dengan kaidah muslim” merupakan penilaian yang relatif. Seringkali orang-orang ini melupakan bahwa tidak semua orang memiliki pandangan moral yang serupa.
Pada dasarnya, mereka percaya bahwa dirinya lebih baik dan pintar dari orang lain. Sehingga mereka beranggapan bahwa pendapat mereka selalu yang paling benar. Maka dari itu, timbul keberanian untuk memberikan kritik orang lain, walaupun memberi kesan merendahkan. Sebab bagi mereka, pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat mereka merupakan hal yang salah. Namun, bagaimana jika ini hanyalah efek Dunning-Kruger? Psikolog David Dunning dan Justin Kruger menjelaskan bahwa efek ini menunjukkan kondisi seseorang yang tidak menyadari kekurangan mereka, dan justru menafsirkan kemampuan mereka lebih tinggi dari realita. Orang dengan efek Dunning-Kruger akan merasa dirinya memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari orang lain, walau nyatanya… Belum tentu benar. Sayangnya, mereka tidak dapat mengenali kompetensi orang lain. Hal ini yang membuat mereka merasa sangat percaya diri dengan kemampuan yang telah mereka miliki.
Uniknya, walaupun orang-orang ini merasa percaya diri, mereka tetap “rendah hati” dengan menambahkan permohonan maaf dalam kritiknya. Alih-alih dimaafkan, permohonan maaf tersebut malah menjadi meme yang kerap kali ditemukan di media sosial. Orang-orang telah menyadari bahwa permohonan maaf yang ditorehkan bukanlah permohonan yang tulus. Nyatanya, ada udang di balik batu. Berangkat dari nasihat yang menurut mereka begitu bijak, ada kecenderungan merendahkan yang tersampaikan secara tersirat. Permohonan maaf seakan-akan hanya menjadi slogan formalitas semata, tanpa benar-benar memaknai kata maaf.
Memang memberikan nasihat bukanlah suatu hal yang salah ataupun dilarang. Namun terkadang, orang-orang harus melihat kembali pada situasinya; apakah orang tersebut benar meminta pendapat, ataukah mereka hanya ingin berbagi cerita? Bahwa, mengkritik seseorang tidak hanya membutuhkan ilmu pengetahuan, namun juga etika yang baik. Etika yang baik tidak dilihat berdasarkan cantuman permohonan maaf pada kalimat, namun berdasarkan maksud dan tujuan sang penulis. Apakah ia sedang berusaha menunjukkan bahwa pengetahuan dan kepercayaan lebih tinggi dari individu yang dikritiknya, juga merasa dirinya paling benar? KawanWH bisa menilainya sendiri.