Pada Sabtu (12/12), Haifa Institute menyelenggarakan seminar daring seri kedua dengan topik “Zionisme dan Umat Kristen: Tinjauan Global dan Lokal.” Haifa Institute adalah kelompok wadah pemikir dan platform kolaborasi di Indonesia yang memiliki fokus pada pembahasan seputar Palestina, Israel dan dunia Islam secara multidisipliner. Webinar ini dibawakan oleh Gilang Al Ghifari Lukman, co-founder Haifa Institute sebagai pemandu acara dan Leonard C. Epafras, Ph.D, staf pengajar dan peneliti dari Universitas Kristen Duta Wacana sebagai pemateri.
Dalam webinar ini, Leonard menyampaikan materi mengenai apa itu zionisme dan dinamika dari zionisme serta kaitannya dengan Palestina-Israel. Sebelum memulai materinya, ia menegaskan bahwa zionisme itu tidak dapat dilihat dari satu aspek saja. Aspek paling netral mengenai zionisme adalah ideologi nasionalisme Yahudi bagi kedaulatan bangsa mereka di negeri leluhur Yahudi. Beliau juga memberikan definisi yang lebih umum mengenai zionisme, menurutnya hal tersebut adalah gagasan abstrak yang sering kali dihubungkan dengan agenda politik tertentu. Zionisme memiliki pengertian lain jika dilihat dari berbagai sisi. Bagi dunia Barat terutama di Eropa dan Amerika, zionisme dilihat sebagai gerakan untuk menjawab jewish questions. Selain itu, zionisme pun dilihat sebagai bentuk tanggapan dunia terhadap kaum minoritas bangsa Yahudi. Ada sebuah pandangan baru yang muncul baru-baru ini yaitu pandangan keagamaan zionisme yang memandang zionisme sebagai pemulihan harkat, religiusitas, dan spiritualitas Yahudi di dunia.
Sama seperti ideologi lainnya, zionisme menanggapi perubahan kemudian beradaptasi sehingga memiliki banyak macam. Macam-macam zionisme antara lain zionisme politik, zionisme buruh, zionisme revisionis, zionisme religius, zionisme kultural dan zionisme diaspora. Meskipun memiliki pengertian yang berbeda, semua macam zionisme memiliki kesamaan yaitu ingin mengembalikan harkat, budaya, cita-cita dan kehidupan normal bangsa Yahudi melalui pembangunan negara modern Israel.
Dalam webinar ini, pemateri juga membahas hubungan zionisme dengan umat Kristen serta kaitannya dengan Palestina dan Israel. Dalam Kristen, kaum yang imannya seringkali dikaitkan dengan keyakinan, emosi, dan pengalaman untuk mendukung negara modern Israel sebagai tanah air Yahudi, disebut sebagai kaum Kristen Zionis. Seiring berjalannya waktu, kaum Kristen Zionis berkembang dan menjadi lebih politis. Hal ini membuat mereka cenderung mendukung kebijakan Israel dan mengabaikan keberadaan dan aspirasi Palestina. Hadirnya Kristen Zionis mengundang beberapa tanggapan dari berbagai kalangan.
Sebagai penutup, Bapak Leonard menyampaikan pandangan atau posisinya dalam isu Palestina-Israel ini. Beliau menekankan bahwa beliau tidak mempermasalahkan eksistensi negara modern Israel. Namun, ia mempermasalahkan keadilan bagi kedua bangsa, Israel dan Palestina. Beliau menantikan dan merindukan perdamaian di antara bangsa Israel dan Palestina.