Safari ke Asia Tenggara, Kamala Harris Ajak Vietnam dan Singapura Bersatu Serbu Tiongkok di Laut Cina Selatan

Sumber: Reuters/Evelyn Hockstein

Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris baru saja melakukan safari politiknya di Asia Tenggara khususnya Singapura dan Vietnam selama tujuh hari. Rangkaian kunjungan ini pada dasarnya bertujuan untuk melawan pengaruh Tiongkok di kawasan Asia Tenggara, baik dalam bidang perekonomian maupun keamanan. Dalam kunjungannya di Singapura pada Selasa (24/8), Harris menuduh Pemerintah Tiongkok telah melakukan tindakan intimidasi untuk mendukung klaim tidak sah mereka di Laut Cina Selatan yang mengancam kedaulatan negara. Menanggapi hal tersebut, Beijing berbalik menuduh AS telah mencampuri urusan regional dan mengganggu perdamaian.

Setelah melakukan kunjungannya ke Singapura, Harris mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Vietnam, Nguyen Xuan Phuc pada Rabu (25/8). Dalam pertemuan tersebut, Harris mengatakan bahwa penindasan dan klaim maritim Tiongkok di perairan harus disanggah. Dilansir dari Reuters, pernyataan tersebut kembali ditekankan pada konferensi pers di Hanoi, Vietnam, bahwa AS mengaku siap menghadapi persaingan Tiongkok dengan tetap menghindari konflik. “Kami menyambut persaingan yang ketat. Kami tidak mencari konflik, tetapi pada isu-isu seperti Laut Cina Selatan, kami akan angkat bicara. Kami akan angkat bicara ketika ada tindakan yang diambil Beijing yang mengancam tatanan internasional berbasis aturan,” tegas Harris.

Dalam upayanya melawan klaim Tiongkok di kawasan Asia Tenggara, Harris menyatakan komitmen AS untuk turut serta melindungi Laut Cina Selatan dengan mengerahkan tambahan U.S. Coast Guard. Harris menawarkan bantuan dan dukungan AS untuk meningkatkan keamanan maritim Vietnam, termasuk lebih banyak kunjungan kapal perang AS ke negara itu. Selain itu, Harris juga menawarkan 1 juta vaksin Pfizer dan bantuan kepada Vietnam untuk mengatasi lonjakan COVID-19 dan mengumumkan peluncuran beberapa program untuk membantu memerangi perubahan iklim.

Melalui berbagai bantuan yang diberikan, Harris mengharapkan adanya peningkatan hubungan diplomatik yang akan mencerminkan relasi yang semakin baik antara kedua negara. Rangkaian kunjungannya ke beberapa negara Asia Tenggara ini dalam rangka menawarkan perlawanan kuat dengan Tiongkok, yang saat ini juga sedang berusaha melakukan pendekatan dengan Singapura dan Vietnam melalui dukungan ekonomi dan vaksin.

Dilansir dari CNBC pada Kamis (26/8), di hadapan presiden Vietnam, Harris mengungkapkan diperlukan adanya peningkatan tekanan terhadap Pemerintah Tiongkok atas klaim maritimnya. “Kita perlu mencari cara untuk menekan, meningkatkan tekanan kepada Beijing agar mematuhi Konvensi PBB tentang hukum mengenai kelautan,” kata Harris, kepada Presiden Nguyen Xuan Phuc. Hal ini menjadi kali kedua Harris ‘menyerang’ Tiongkok atas klaim atas Laut Cina Selatan.

Pernyataan Harris tersebut menuai kecaman dari media-media pemerintah Tiongkok yang menuduh Harris ingin membuat perpecahan antara Tiongkok dengan negara-negara di Asia Tenggara melalui komentarnya. “Tampaknya satu-satunya komitmen Amerika Serikat untuk Asia Tenggara adalah upaya berdedikasinya untuk mendorong gesekan antara negara-negara Asia Tenggara dan Tiongkok,” rilis China Daily pada Rabu (25/8).

Sebelumnya, kunjungan Harris di Vietnam sempat tertunda setelah beberapa diplomat AS terpapar oleh sindrom Havana. Selama keterlambatan Harris tersebut, Perdana Menteri Vietnam, Pham Minh Chinh telah melakukan pertemuan secara mendadak dengan duta besar Tiongkok, Xiong Bo. Pham menjelaskan pada Selasa (24/8) dalam keterangan pers bahwa Vietnam selalu mempertahankan kebijakan luar negeri yang independen, multilateralisme, dan diversifikasi. Melalui pernyataannya, Pham juga menegaskan bahwa Vietnam tidak akan bersekutu dengan satu negara melawan negara lain dan menjunjung tinggi kerja sama.