Pada Kamis (19/5), Mozambik secara resmi memperbarui Undang-Undang Anti Teror yang sebelumnya telah disahkan pada tahun 2015. Dilansir dari VOA News, undang-undang terbaru ini menyatakan bahwa siapapun yang melakukan pemberontakan dan menyebarkan informasi tidak benar mengenai pemberontakan, akan dijatuhkan hukuman hingga 24 tahun penjara. Akan tetapi, apa yang sebenarnya melatarbelakangi pembaruan UU ini? Yuk, simak penjelasan berikut!
Apa yang terjadi di Mozambik?
Sejak tahun 2017, Mozambik telah mengalami berbagai serangan dari salah satu kelompok teroris terbesar di Afrika Selatan yaitu Islamic State (IS). Kelompok ini telah menggerebek dan membakar desa-desa setempat, khususnya di Provinsi Cabo Delgado. Mereka juga melakukan berbagai bentuk kekerasan, seperti memenggal kepala dan memutilasi penduduk setempat. Tidak hanya itu, kelompok ini juga melakukan penyerangan ke kantor polisi dan pos tentara untuk mengambil alih senjata. Akibat hal tersebut, lebih dari 4.000 orang tewas dan sekitar 800.000 orang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya demi mencari keamanan dan keselamatan.
Mengapa konflik terjadi?
Awal konflik ini terjadi diakibatkan oleh penguasaan wilayah pesisir Mozambik yang kaya akan sumber daya alam oleh IS secara sepihak. Konflik kemudian meluas dengan diserangnya Kota Palma dan Provinsi Cabo Delgado oleh kelompok tersebut. Penyerangan ini didasari oleh fakta bahwa kedua wilayah tersebut menyimpan berbagai jenis sumber daya alam. Selain itu, penyerangan ini juga dilakukan untuk memperluas gerakan kepemimpinan Islam di Mozambik. Tidak berhenti sampai di situ, konflik semakin memanas terutama akibat adanya protes dari masyarakat Mozambik. Protes ini dikarenakan masyarakat merasa kurang mendapat keuntungan atas sumber daya alam seperti gas, emas, batu grafit, dan permata merah yang mereka miliki akibat penguasaan oleh kelompok tersebut.
Siapakah Islamic State (IS)?
IS sendiri merupakan sekelompok teroris yang memiliki hubungan khusus dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Dilansir dari BBC News, IS juga merupakan pemimpin bagi kelompok teroris yang berada di Afrika Selatan sebelum meluas ke Mozambik. Di Mozambik sendiri, mereka sudah menetap sejak tahun 2017 dan mengeksploitasi masyarakat miskin serta pengangguran untuk merekrut pemuda setempat. Tujuannya adalah untuk mendukung gerakan penegakan kepemimpinan Islam di Mozambik, terutama di Provinsi Cabo Delgado.
Bagaimana tanggapan masyarakat internasional atas situasi di Mozambik?
Kondisi tidak kondusif yang terjadi di Mozambik menimbulkan kegelisahan bagi negara-negara tetangga, seperti Tanzania, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. Mereka merasa ketakutan akibat banyaknya kekerasan yang terjadi di negara tetangganya itu. Berdasarkan pernyataan dari Deutsche Welle, Tanzania sendiri menganggap permasalahan yang terjadi di Mozambik ini juga merupakan permasalahan kawasan sehingga dampaknya dapat meluas.
Tidak hanya direspon oleh negara di Afrika, negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa juga turut memberikan tanggapan atas situasi di Mozambik. Mereka memberikan dukungan dengan mengirimkan bantuan pasukan ke negara tersebut. Adapun pengiriman pasukan ini didasari oleh dua alasan, yaitu untuk memberantas kelompok teroris dan menggantikan tentara hantu Mozambik yang dinilai kurang kompeten untuk melawan kelompok teroris.
Menurut KawanWH, apakah Undang-Undang Anti Teror yang baru dapat mengakhiri pemberontakan di Mozambik? (FS)