Stress 101: Reducing stress through art!

Sumber : Liputan WH

Pada Sabtu (26/9) XL Future Leaders Batch 8 Bandung menyelenggarakan kegiatan Community Service bernama ‘Kumaha Damang Project’ yang bertajuk Art it Out. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini membahas mengenai Art and Mental healingWebinar ini bertujuan untuk memberikan cara – cara terbaik untuk mengurangi stres melalui seni, sehingga para peserta dapat menemukan cara untuk membantu dirinya ketika menghadapi stres khususnya di tengah pandemi ini. Kegiatan ini terbagi ke dalam beberapa rangkaian, pertama acara dimulai dengan pameran seni, kemudian dilanjutkan dengan webinar bersama psikolog, dan diakhiri dengan sesi khusus bagi peserta untuk dapat merasakan therapeutic art..

Webinar sesi pertama dibawakan oleh Fredrick Dermawan Purba, Ph.D, Psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran yang membahas topik mengenai Fundamentals of Stress. Dengan menitikberatkan pembahasan mengenai stres, dikatakan pula bahwa stres merupakan suatu keadaan ketika seorang individu menghadapi tuntutan yang tidak seimbang dengan kemampuan yang dimilikinya. Namun, ia menekankan bahwa tingkat stres setiap individu berbeda, karena terdapat juga individu yang tidak merasa stres apabila dihadapi dengan kemampuan yang melebihi tuntutan, melainkan mereka akan merasa kurang tertantang dan cenderung mudah bosan. Oleh karena itu, kita tidak bisa menjustifikasi seseorang yang mudah terkena stres sebagai orang yang lemah dan orang yang jarang terkena stres sebagai orang yang lebih kuat, karena sejatinya setiap individu memiliki tingkat stres yang berbeda – beda.

Kemudian, acara ini dilanjutkan dengan webinar sesi kedua Bersama Mutia Ribowo, MA AThR selaku Art Therapist yang memaparkan materi mengenai Creative Ways to Handle your Stress. Webinar tersebut menjelaskan bagaimana cara kreatif untuk meredakan stres, yang salah satunya adalah dengan cara sublimasi.

Sublimasi merupakan jenis mekanisme pertahanan untuk merubah tindakan atau perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, menjadi dapat diterima secara sosial. Contohnya, seorang individu yang tengah mengalami stres akan mengeluarkan emosinya ke arah yang negatif, sehingga tidak dapat diterima secara sosial. Dengan adanya sublimasi, individu tersebut dapat mengalihkan rasa emosinya ke arah yang lebih positif. Seperti mengalihkannya untuk membuat karya gambar, mendengarkan musik, menari, hingga menulis puisi untuk mencurahkan rasa emosi. Selain untuk melepaskan stres, seni juga dapat dimanfaatkan untuk bersenang – senang, mengobati rasa sakit, dan mengekspresikan diri.

Therapeutic art yang dilakukan bersama sejumlah narasumber merupakan rangkaian akhir dari kegiatan ini. Sesi ini dikhususkan untuk para peserta yang ingin merasakan art therapy. Pertama, terdapat sesi Music Therapy bersama Monica Subiantoro, MA. Pada sesi tersebut, sang terapis memberikan kesempatan dan pengalaman baru kepada peserta untuk mendengarkan sejumlah musik. Kemudian, para peserta diberikan waktu untuk menceritakan perasaan mereka setelah mendengarkan musik yang diberikan. Sejumlah peserta menyatakan bahwa mereka merasakan adanya perubahan suasana hati setelah mendengarkan alunan musik.

Kemudian, terdapat juga Therapeutic Art with Doodling bersama Cindy Harjatanaya, MA, AThR. Pada sesi tersebut dijelaskan bahwa doodling memiliki manfaat untuk memperkuat daya ingat, meregulasi diri, dan sebagai sarana mencari ide serta menghubungkan pikiran dengan perasaan. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, seluruh peserta dapat menggunakan seni sebagai alternatif untuk melepas stress ke arah yang lebih kreatif dan berdampak positif.

Sumber : Liputan WH