Sudah Lebih dari Setahun COVID-19 Melanda, Bagaimana Nasib Kebun Binatang di Beberapa Belahan Dunia?

Sumber: AP Photo/Ronald Zak

Kebun binatang adalah salah satu tempat rekreasi terbaik untuk menghilangkan penat dari realitas. Aneka satwa yang unik dan beragam menjadi pelipur jiwa para pengunjung kebun binatang. Namun semenjak COVID-19 datang, nasib keberlangsungan kebun binatang menjadi memprihatinkan. Bahkan, beberapa di antaranya harus tutup secara paksa hingga ditinggalkan oleh pengelola dibiarkan terbengkalai. Mirisnya lagi, tidak sedikit satwa dalam kebun binatang juga terancam kematian akibat kelaparan. Berikut adalah kebun binatang di beberapa belahan dunia dan nasibnya kini setelah setahun lebih sejak berlangsungnya pandemi COVID-19 pada Maret 2020 lalu:

Jerman

Setelah 70 tahun menghibur masyarakat, kebun binatang Neumünster menjadi salah satu kebun binatang yang nasibnya kini terancam. Neumünster sebelumnya ditutup oleh pemerintah untuk mencegah laju transmisi COVID-19. Dilansir dari BBC, penjaga kebun binatang Neumünster telah membuat daftar satwa yang harus dibunuh terlebih dahulu pada April 2020 silam. Daftar tersebut memuat kambing dan rusa, tetapi tak ada satwa langka. Mereka juga berencana untuk menjadikan beberapa satwa makanan bagi satwa lainnya.

“Jika perlu, saya akan mengeutanasia para satwa daripada membiarkan mereka kelaparan,” tutur Kaspari selaku kepala kebun binatang Neümunster.

Thailand

Sementara di Thailand, Kebun Binatang Sriracha berupaya untuk bertahan dari COVID-19 dengan menjual sebagian besar gajah miliknya. Dikutip dari Bangkok Post, Sriracha terpaksa harus menjual 11 gajah terlatih seperti gajah muda dan dewasa melalui laman Facebook mereka bulan lalu (29/5). Langkah ini dilakukan setelah kebun binatang tersebut tutup dan tidak memiliki pemasukan selama 2 minggu akibat kebijakan COVID-19.

“Mari bagikan berita ini, bantu dan dukung kami untuk mencari rumah baru bagi para satwa kami. Sriracha Tiger Zoo sedang mencari orang yang hendak membeli gajah kami, sehingga kami dapat sembuh dari luka yang ditimbulkan COVID-19. Perlu bagi kami untuk menjual satwa kami, meski kami sangat mencintainya. Terlepas dari cinta dan kepedihan yang kami miliki, kami harus berpisah,” ujar Sriracha pada laman Facebook-nya.

Rusia

Tidak hanya mempengaruhi fisik para satwa seperti kedua kasus di atas, COVID-19 juga berpengaruh buruk terhadap kondisi mental beberapa satwa di kebun binatang. Hal ini dirasakan oleh satwa di kebun binatang Krasnoyarsk Royev Ruchey di Rusia. Sejak ditutup pada Maret 2020, beberapa satwa dalam kebun binatang yang biasanya melakukan berbagai interaksi dengan manusia, kini terlihat kesepian. Dilaporkan oleh pihak pengelola kebun binatang, dua ekor simpanse kembar, Tikhon dan Anfisa terlihat murung selama beberapa hari. Penjaga kebun binatang pun akhirnya memutarkan tayangan kartun agar suasana hati keduanya kembali seperti sedia kala.

Amerika Serikat

Di sisi lain, kebun binatang di Amerika Serikat justru menjadikan situasi pandemi ini untuk melakukan peningkatan dalam upaya pemeliharaan satwa. Kebun binatang Cape May County berhasil memanfaatkan COVID-19 agar beberapa satwa sensitif akhirnya dapat memiliki keturunan. Selama bertahun-tahun, satwa betina Mambruk ubiaat atau blue crowned pigeon dalam kebun binatang tersebut mengalami kesulitan untuk membuahi satwa jantan. Namun, tanpa hiruk-pikuk pengunjung, kehadiran COVID-19 telah menjadi waktu yang tepat bagi satwa bermahkota tersebut untuk bereproduksi.

Hong Kong

Hal serupa terjadi di kebun binatang Ocean Park. Berdasarkan laporan New York Times, dua panda bernama Ying Ying dan Le Le akhirnya kawin, setelah 4 bulan kebun binatang tersebut ditutup pada Januari 2020 untuk menahan laju penyebaran COVID-19. Sebelumnya, kedua panda tersebut telah berusaha untuk dikawinkan dan ditempatkan dalam kandang yang sama selama 9 tahun walau selalu gagal. Meski Ying Ying belum berhasil mengandung, hal ini merupakan harapan besar bagi Ocean Park yang telah menanti kehadiran bayi panda baru.

Walaupun beberapa kebun binatang merasa diuntungkan, mayoritas kebun binatang di seluruh dunia sulit untuk bertahan semenjak COVID-19 tiba. Minimnya pengunjung menyulitkan mereka untuk membiayai kebutuhan kebun binatang yang tetap sama layaknya sebelum pandemi. Seperti yang dimuat BBC, alokasi dana dari pemerintah setempat juga terasa sulit untuk diandalkan. Alhasil, beberapa langkah ekstra seperti menjual atau membunuh mereka pun terpaksa dilakukan demi keberlangsungan kebun binatang. (TA)