TELENOVELIZED: Creating Alternate Universes

Sumber: Twitter @TELENOVELlZED

Idola K-Pop favoritmu menjadi CEO perusahaan nonprofit di Jakarta? Sebuah kenyataan yang hanya bisa terjadi di dunia fiksi, khususnya fanfictionFanfiction adalah sebuah arena di mana dunia literatur fiksi serta dunia fandom bertemu dan menghasilkan karya-karya menarik yang bebas diakses oleh siapapun. Belakangan ini arena tersebut pun menempatkan dirinya di Twitter, salah satu platform media sosial arus utama yang mempunyai ratusan juta pengguna di seluruh dunia. Di sinilah tempat Ayu Nugraheni (yang juga dikenal dengan username Twitter @TELENOVELlZED) membangun dan membagikan cerita-cerita fiksinya dalam wujud baru fanfictionalternate universe.

Awal Mula Menulis dan Perkembangan ke Dunia Alternate Universe

Ayu sudah mulai menulis sejak usianya yang sangat belia, di umur 7 tahun. Sejak kecil ia sangat gemar membaca buku, sebuah hobi yang tumbuh karena pengaruh kedua orang tuanya. Dari kegemaran tersebut, ia menemukan ketertarikan tentang bagaimana penulis-penulis dapat menciptakan berbagai dunia hanya dengan rangkaian kombinasi alfabet. Beranjak ke umur 13 tahun, Ayu mulai menulis cerita-cerita fanfiction tentang artis-artis yang sedang di puncak popularitasnya pada saat itu, seperti One Direction dan 5SOS, dan mempublikasikannya di platform Wattpad. Sempat berhenti menulis karena kesibukan sekolah, ia kembali mengangkat pena di tahun 2021 dengan terjun ke dunia alternate universe (AU) di Twitter.

Berbeda dengan bentuk penulisan fanfiction pada umumnya, penulisan AU di Twitter didominasi oleh narasi-narasi pendek dan tangkapan layar percakapan antar tokoh. Latar cerita yang diangkat dalam cerita AU berada di luar latar kehidupan yang menjadi dasar atau inspirasi cerita tersebut. Karya-karya Ayu sendiri mengambil inspirasi dari idola-idola K-Pop seperti NCT dan Seventeen. Ia menggabungkan sifat-sifat familiar yang ditunjukkan oleh mereka dan menyulapnya menjadi tokoh-tokoh baru yang digemari banyak orang. Kesuksesan Ayu dalam memikat hati para fans K-Pop melalui tulisannya membawa kepada keberhasilan mempublikasikan dua buku novel yang diangkat dari karya-karya AU-nya, 2,578.0 km dan Unsaid Words, serta meraih 71 ribu pengikut di Twitter.

Pencapaian tersebut tidak tanpa tantangan. Buku pertamanya yang dipublikasikan di tahun 2021, 2,578 km, harus ia selesaikan hanya dalam waktu satu minggu karena kondisi pandemi yang tidak menentu. Namun dengan keinginannya untuk menyelesaikan satu buku, novel pertamanya lahir. Ayu juga pernah bergulat dengan tujuannya dalam menulis. Ketika ditanya apakah ia menulis untuk diri sendiri atau untuk pembacanya, Ayu menjawab, “I feel like I’m indebted to people yang udah nge-follow aku dari lama.” Hal ini mendorongnya untuk rehat sejenak dari menulis setelah merilis buku keduanya, Unsaid Words, untuk merefleksikan dan meluruskan kembali niatnya. Sekarang, ia belajar untuk menyeimbangkan antara keduanya dan mengutamakan menulis untuk diri sendiri. “Readers can see if you are genuine or not, ga sih? If you have fun with it, I think your readers will also have fun.

Eskapisme dari Eskapisme

Karya-karya AU Ayu menarik dan memiliki ciri khas tersendiri. Cerita yang ia ciptakan dapat dibilang membumi dan mempunyai sifat relatability yang kental. Ia memasukkan masalah sehari-hari yang dialami oleh banyak orang sehingga konflik di dalam cerita tidak terasa terlalu dibuat-buat. Ayu juga berusaha membuat karakter-karakter yang baru namun dijumpai sehari-hari lewat layar kaca para penggemar K-Pop. Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa idola K-Pop yang menjadi sumber eskapisme banyak orang, sulit dilihat sebagai orang-orang yang bisa digapai. Mereka sumber dari kebahagiaan bagi banyak orang, tetapi mereka terasa terlalu jauh. Cerita AU hadir sebagai sebuah eskapisme dari eskapisme di mana orang bisa merasakan kedekatan yang lebih dengan orang-orang yang mereka idolakan.

Karakter-karakter utama di dalam AU Ayu didominasi oleh laki-laki ideal kebanyakan orang. Penyabar, penyayang, setia, dan selalu ada untuk pasangannya terlepas dari berbagai masalah dan kekurangan yang mereka miliki. Mereka menjadi pelarian dari kenyataan karena jarangnya orang-orang yang mempunyai kepribadian seperti itu. Melalui tokoh-tokoh ini, Ayu ingin mengatakan bahwa terlepas dari kenyataan yang ada, setiap orang pantas mendapatkan pasangan yang menerima apa adanya.

Tidak seperti cerita fiksi damsel in distress pada umumnya, karakter-karakter perempuan yang dibuat oleh Ayu merupakan perempuan dengan karakter yang kuat, sukses, mandiri, dan terampil dalam bidang yang mereka geluti. Ayu mengatakan bahwa kebanyakan dari pembacanya adalah perempuan yang mempunyai ambisinya masing-masing. Namun, banyak juga dari mereka yang kurang percaya diri akan kemampuannya atau bahkan takut lebih sukses dari pasangannya. Melalui tokoh-tokoh perempuannya, Ayu ingin memberi pesan bahwa perempuan-perempuan yang ambisius dan sukses berhak bertemu dengan pasangan yang mampu memahami dan mendukung ambisi-ambisi tersebut. Oleh karena itu, perempuan tidak perlu merendahkan dirinya dan cita-citanya hanya untuk “diterima” dan merasa utuh dengan pasangannya. “Lo udah komplit, kok, tanpa orang lain. You’ll find someone that will be your plus point, not someone that will complete you,” ucapnya.

Stigma AU: Delusional dan Bukan Literatur Sungguhan?

AU dan fanfiction pada umumnya sering mendapatkan stigma yang buruk di kalangan pegiat literatur maupun kalangan umum. Sering kali, AU dan fanfiction dianggap bukan sebagai literatur sungguhan. Ketika ditanya pendapatnya mengenai hal ini, Ayu mengatakan bahwa dewasa ini, kepopuleran AU di media sosial arus utama seperti Twitter justru mampu menaikkan ketertarikan orang-orang, terutama anak muda, dalam membaca buku. “Mereka beli buku dari fanfiction itu sendiri terus mereka kayak ‘Wah, ternyata baca buku tuh seru, ya. Maybe after that, they start reading other writers’ books,” ujar Ayu. Banyak dari penulis AU yang sungguh-sungguh ingin menulis dan membagikan karyanya baik untuk kesenangan pribadi maupun kesenangan para pembacanya, dan hal ini tidak seharusnya menjadi sesuatu yang distigmatisasi.

Dari sisi pembaca, para penggemar AU juga sering mendapatkan stigma yang tidak mengenakkan. Halu, delusional, dan tidak realistis. Namun, setiap orang pun butuh pelarian dari kehidupan sehari-hari, bukan? “If they know the difference between what’s real and what’s not, I’d say why not? Semua orang juga perlu halu kok di dunia ini,” tuturnya sambil tertawa. Ayu juga sering mendapatkan pesan dari pembacanya bahwa mereka justru mendapatkan inspirasi dari karakter-karakter ceritanya dengan pikiran bahwa, “Jika mereka bisakenapa gue ga bisa?” Oleh karena itu, meskipun AU dan fanfiction menjadi pelarian bagi orang-orang, dalam waktu yang sama bisa menjadi inspirasi yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan fanfiction ke ranah dunia alternatif menjadi bentuk literatur baru yang sedang marak di tengah komunitas penggemar K-Pop Indonesia. Walau secara umum tidak dianggap sebagai literatur sungguhan, fanfiction tetap menjadi sumber pelarian bagi banyak orang. Dengan ini, segala stigma buruk mengenai AU dan fanfiction pada umumnya sudah seharusnya binasa. Bentuk literatur yang sering dianggap delusional ini ternyata mempunyai manfaatnya tersendiri baik bagi penulis maupun pembacanya. Eskapisme dari kejenuhan hidup, sumber inspirasi, sampai peningkatan minat literatur menjadi beberapa dampak positif yang ada. Lagi pula, mengapa seni harus dikotak-kotakan? Karya-karya cerita AU Ayu Nugraheni dan kepopulerannya di kalangan pecinta K-Pop di Tanah Air menjadi bantahan yang berarti bagi perdebatan ini.