
Sumber : BBC
Pada Kamis (14/7) lalu, Presiden BRICS, Purnima Anand, menyatakan bahwa forum internasional tersebut siap menyambut kedatangan Turki, Mesir, dan Arab Saudi untuk bergabung bersama mereka. Dilansir dari Middle East Monitor, Anand berpendapat bahwa tiga dari lima anggota BRICS yakni Tiongkok, Rusia, dan India telah membahas masalah ini pada KTT BRICS ke-14 yang diadakan secara daring pada bulan lalu. Namun, Anand juga menekankan bahwa aksesi keanggotaan ketiga negara tersebut mungkin tidak terjadi pada saat yang bersamaan. Lebih lanjut, aplikasi keanggotaan potensial ini akan didiskusikan pada pertemuan puncak tahun depan di Afrika Selatan.
“Semua negara (Turki, Mesir, dan Arab Saudi) telah menunjukkan minat untuk bergabung dan sedang bersiap untuk mengajukan keanggotaan. Saya kira ini langkah yang baik, karena penambahan jumlah anggota selalu dipandang sebagai hal yang positif. Adapun penambahan anggota ini jelas akan meningkatkan pengaruh BRICS di dunia,” ungkap Anand, seperti yang dilansir dari Middle East Monitor. “Saya berharap aksesi negara-negara ke BRICS akan terjadi dengan sangat cepat, karena sekarang semua perwakilan dari negara anggota tertarik untuk memperluas organisasi.”
BRICS sendiri merupakan sebuah forum internasional yang terdiri dari lima negara anggota yaitu Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Kelima negara ini dipandang sebagai sekelompok negara dengan perekonomian yang berkembang pesat. Adapun kelimanya memiliki persentase jumlah populasi global lebih dari 40% serta memegang hampir seperempat dari produk domestik bruto (PDB) dunia.
BRICS Sebagai Alternatif yang Menarik
Dikutip dari Global Times, Zhu Tianxiang, Direktur Pusat Studi Politik dan Keamanan BRICS, Institut Studi BRICS dari Universitas Studi Internasional Sichuan, menyatakan bahwa banyak negara tertarik untuk bergabung karena pesona yang muncul dari kekuatan dan nilai BRICS. Selain itu, ada juga faktor hilangnya daya tarik terhadap pemerintahan global Barat saat ini. Penambahan anggota BRICS dinilai dapat dijadikan penyeimbang bagi kontrol perdagangan dan keuangan internasional yang selama ini didominasi oleh Barat.
Kondisi global saat ini, terutama dengan adanya konflik Rusia dan Ukraina, telah menciptakan krisis global. Banyak negara, terutama negara Barat, sedang dihadapkan oleh inflasi, tingginya biaya energi, resesi, dan kekurangan pangan. Namun, negara BRICS berhasil menunjukkan bahwa mereka dapat bertahan di tengah krisis ini. Hal tersebut dikarenakan masing-masing anggota BRICS memiliki keunggulan yang berbeda. Menurut data yang dihimpun dari Statista, Rusia merupakan pemegang cadangan gas alam terbesar di dunia, cadangan batu bara terbesar kedua, dan cadangan minyak terbesar keenam. Di sisi lain, Brazil memiliki produk pertanian dan kekayaan mineral yang melimpah. Tidak hanya itu, kerja sama BRICS dalam penyediaan pangan dan pertukaran mata uang nasional telah membuat forum tersebut tidak terlalu terdampak oleh krisis. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi negara-negara lain, termasuk Turki, Mesir, dan Arab Saudi, untuk bergabung.
Adapun daya tarik ini secara implisit disampaikan oleh Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi. Dalam pidatonya pada pertemuan BRICS+ 25 Juni 2022, El-Sisi mendesak masyarakat internasional untuk terlibat secara “lebih efektif dan positif” dalam upaya pemberdayaan pembangunan negara-negara, terutama di tengah konflik yang sedang bergejolak. Lantas, keinginan Mesir untuk bergabung menjadi anggota BRICS merupakan bentuk keterlibatannya untuk melakukan pemberdayaan pembangunan di tengah krisis global yang terjadi sekarang ini.