
TVONAIR merupakan acara tahunan yang diadakan oleh UMN TV dalam rangka menyambut ulang tahun UMN TV yang tahun ini genap berusia enam tahun. Tahun ini, TVONAIR 6.0 memiliki tagline “Evolve to Impact” dan mengangkat tema besar mengenai konvergensi media. Acara TVONAIR 6.0 terbagi menjadi tiga rangkaian acara yaitu pre-event, Panel Discussion, dan Sharing and Discussion. Dengan mengangkat konvergensi media sebagai tema besar, penyelenggara TVONAIR berharap bahwa media, baik media besar maupun media kampus, dapat berevolusi dan memunculkan inovasi baru serta tetap memberikan dampak bagi masyarakat.
Selaras dengan harapan penyelenggara, TVONAIR 6.0 kembali hadir dengan inovasi baru. Inovasi pertama adalah perubahan nama yang awalnya bernama TELEVISIONAIR menjadi TVONAIR. Inovasi kedua adalah dilaksanakannya talkshow sebagai rangkaian pre-event. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya mengadakan dua rangkaian acara, TVONAIR 6.0 mengadakan pre-event melalui Live Instagram dengan nama Media Talk. Media Talk ini dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada Senin (5/4) dan Kamis (8/4). Media Talk 1 bertemakan Speak Up and The New Media is Listening dan mengundang Danu Karunia, seorang direktur kreatif Cretivox, sebagai pembicara. Sementara Media Talk 2 bertemakan Embracing the Power of Social Media for TV Engagement dengan Abram Agastya, seorang produser konten dan spesialis media sosial Narasi TV, sebagai pembicara.
Panel Discussion TVONAIR 6.0 dilaksanakan pada Rabu (14/4) dengan mengangkat tema Developing Media in Digital Technology. Acara ini dihadiri oleh Ahmad Thoriq (redaktur pelaksana detik.com), Azizah Hanum (pembawa berita CNN Indonesia), dan Hera Diani (salah satu pendiri Magdalene.co) sebagai narasumber. Melalui konferensi pers yang diadakan pada hari yang sama, penyelenggara berbagi cerita dibalik pemilihan narasumber dengan latar belakang berbeda-beda. Penyelenggara berharap pemilihan tersebut dapat memberikan perspektif yang berbeda mengenai bagaimana media dapat beradaptasi di era perubahan digital.
Rangkaian acara terakhir yaitu Sharing and Discussion dilaksanakan pada Jumat (16/4) dengan mengundang dua narasumber yaitu Amanda Valani (manajer konten Narasi TV) dan Sasmito Madrim (ketua Aliansi Jurnalis Independen/AJI). Kedua narasumber tersebut memberikan pandangan mereka terkait tema acara diskusi yaitu Utilizing Media 5.0 Revolution for a Positive Media Trend. Sebagai perwakilan dari media digital, Amanda Valani berbagi cerita mengenai pengalamannya bekerja di media tradisional dan media digital yang sangat berbeda. Berdasarkan pengalamannya, tantangan bekerja di media digital lebih banyak dibandingkan di media tradisional terutama karena setiap platform digital memiliki cara tersendiri dalam memberikan daya tarik pada publik. Selain itu, ia juga memberikan pandangannya mengenai media di era revolusi digital ini. Menurutnya, media harus bisa menyajikan konten yang memiliki lebih banyak wawasan (insight) terutama di era dimana siapapun bisa menjadi pembuat konten atau yang biasa disebut dengan content creator. “Ketika kita ingin membuat sebuah produk atau konten yang berbeda, berikanlah lebih banyak wawasan (insight), lebih banyak pemahaman yang beda dari konten singkat atau snackable yang bisa dibuat oleh siapapun,” ujar Amanda.
Selain Amanda, Sasmito Madrim juga ikut berbagi cerita dan pandangannya dari sisi jurnalis. Berdasarkan riset yang pernah ia lakukan, Sasmito mengatakan bahwa masyarakat saat ini membutuhkan informasi sosial, ekonomi, dan politik yang mewakili kepentingan mereka bukan informasi yang jauh dari mereka. Sebagian besar media saat ini bersifat ‘Jakarta sentris’ dan hal tersebut membuat beberapa masyarakat merasa tidak terwakilkan. Inti permasalahan dari risetnya adalah minimnya keberagaman konten untuk dikonsumsi masyarakat. Oleh karena itu, Sasmito menyarankan media untuk berkolaborasi agar konten yang dihasilkan lebih beragam.
Di akhir diskusi, kedua narasumber memberikan pesan untuk media kampus yang hadir. Amanda berpesan agar media kampus dapat menemukan tujuan konten dan apa yang menjadi kelebihan serta kelemahan media. Hal tersebut dapat menambahkan nilai dari konten yang dihasilkan. Sementara itu, sebelum ditutup oleh penampilan stand up comedy dari Iqbal Baiquni, Sasmito berpesan agar media kampus dapat menjadi media alternatif dan mengangkat isu-isu yang diabaikan oleh media besar. (ZN)