Vaksin AstraZeneca Timbulkan Pembekuan Darah, EMA: Tenang! Manfaat Vaksin Lebih Besar daripada Risikonya

Sumber: cnnindonesia.com

Pada Minggu (14/3), Menteri Kesehatan Belanda, Hugo de Jonge, mengumumkan bahwa Belanda akan menunda penggunaan vaksin AstraZeneca. Keputusan Belanda ini didasari atas kekhawatiran akan adanya kemungkinan pembekuan darah yang timbul dari penggunaan vaksin tersebut. Tidak hanya Belanda, negara Eropa lainnya seperti Denmark, Norwegia, Islandia, dan Bulgaria juga sudah lebih dahulu melakukan penundaan. Vaksin AstraZeneca adalah salah satu vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris-Swedia, AstraZeneca, dengan Universitas Oxford dan memiliki tingkat efektifitas sebesar 63%. Penggunaan vaksin ini sudah disetujui oleh European Medicines Agency (EMA) sejak Januari 2021. Hingga Maret 2021, sekitar 17 juta orang di Uni Eropa dan Inggris setidaknya sudah satu kali divaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca.

Namun, setelah adanya laporan kasus pembekuan darah pada Kamis (11/3), penundaan penggunaan vaksin AstraZeneca pertama kali dilakukan oleh Denmark. Kasus ini ditemukan pada seorang wanita berusia 60 tahun yang meninggal akibat pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca. Menurut Danish Medicines Agency, wanita tersebut mengalami beberapa gejala yang tidak biasa seperti rendahnya jumlah trombosit, adanya gumpalan darah dalam pembuluh darah kecil dan besar, serta terjadinya pendarahan. Kasus yang serupa juga ditemukan di Norwegia. Norwegia melaporkan terdapat tiga orang yang mengalami gejala serupa setelah menerima vaksin.

Selain Denmark dan Norwegia, Austria juga melakukan penundaan setelah mendapat laporan adanya dua kasus terkait pembekuan darah. Dalam kasus di Austria, pembekuan darah tersebut menyebabkan emboli paru yaitu penyakit paru-paru akut akibat adanya penyumbatan dalam pembuluh darah. Kantor Federal untuk Keamanan dalam Perawatan Kesehatan (BASG) Austria mengatakan belum ada bukti yang menunjukkan bahwa pembekuan darah disebabkan oleh vaksin AstraZeneca. Meskipun demikian, pembekuan darah juga tidak termasuk dalam daftar efek samping dari vaksin AstraZeneca. Oleh karena itu, Pemerintah Austria dan BASG akan melakukan investigasi lebih lanjut dan menunda pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa.

Menanggapi fenomena tersebut, AstraZeneca merilis pernyataan melalui situs resminya yang menyangkal klaim bahwa vaksin mereka meningkatkan pembekuan darah, karena tidak ditemukannya bukti yang mendukung hal tersebut pada Minggu (14/3). Namun, nyatanya, sejauh ini ditemukan 15 kasus penggumpalan dalam pembuluh darah (deep-vein thrombosis) dan 22 kasus emboli paru diantara mereka yang sudah divaksinasi. Dalam pernyataan yang sama, Kepala Petugas Medis AstraZeneca, Ann Taylor, menambahkan bahwa angka tersebut merupakan angka yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka yang diprediksi akan terjadi secara alami pada populasi sebesar ini. Ia juga menambahkan bahwa perusahaan sedang melakukan pengujian tambahan dan hingga Senin (15/3) tidak ada hasil tes yang menunjukkan kekhawatiran.

Melalui konferensi pers yang diadakan secara virtual pada Jumat (12/3), World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa mereka akan ikut meninjau ulang laporan terkait vaksin AstraZeneca dan akan melakukan investigasi lebih lanjut. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga menambahkan jika ada penemuan baru dan perubahan terhadap rekomendasi awal, WHO akan segera menginformasikannya kepada publik. Saat ini, WHO tetap merekomendasikan untuk melanjutkan proses vaksinasi sampai adanya informasi lanjutan terkait fenomena vaksin AstraZeneca.

Pada konferensi pers yang sama, Kepala Peneliti WHO, Dr. Soumya Swaminathan, menegaskan bahwa kedua peristiwa belum tentu saling berhubungan. “Efek samping yang dilaporkan setelah vaksinasi harus dilihat dalam konteks kejadian yang terjadi secara alami dalam populasi. Hanya karena dilaporkan setelah vaksinasi, bukan berarti itu terjadi karena vaksinasi. Keduanya bisa tidak memiliki hubungan sama sekali,” tegas Swaminathan.

Sementara itu, sebagai pihak yang menyetujui vaksin AstraZeneca, European Medicines Agency (EMA) juga ikut menanggapi fenomena ini melalui situs resminya. Pada Senin (15/3), EMA mengatakan vaksinasi dapat tetap dijalankan selama adanya investigasi lebih lanjut berlangsung. Hal ini dengan pertimbangan bahwa sampai saat ini, berdasarkan data dan penelitian, vaksin AstraZeneca memiliki manfaat yang terus melebihi tingkat risikonya. (ZN)