Lari ke Desa: Cottagecore, Eskapisme dari Realita Urban

Impian kehidupan yang damai sering kali identik dengan tinggal di tengah alam, jauh dari kebisingan kota dan dikelilingi ketenangan. Bayangan pemandangan yang dipenuhi ladang bunga, telaga sejuk, dan rumah sederhana di pedesaan–persis seperti latar sebuah film Studio Ghibli–adalah contoh sempurna impian tersebut. Aesthetic cottagecore,yang sedang marak di media sosial kerap mengunggah foto dan video dengan pemandangan damai tersebut dan mungkin pernah melewati laman media sosial KawanWH. Sejak COVID-19 melanda, keindahan gaya hidup cottagecore yang lekat dengan alam dan kebebasan memang menjadi salah satu cara untuk kabur sejenak dari realita dan kehidupan di rumah.

Namun, apa definisi cottagecore sebenarnya? 

Secara umum, cottagecore dipahami sebagai sebuah fashion aesthetic atau gaya berpakaian yang terinspirasi dari kehidupan pedesaan Inggris di era Victorian (1837-1901). Bagi banyak penggiat cottagecore, bukan cara berpakaiannya saja yang mereka tiru, tetapi juga gaya hidup pedesaan. Maka, cottagecore bukan hanya sebatas mengenakan gaun panjang dengan renda brokat dan mengepang rambut menjadi mahkota, tetapi juga bercocok tanam dan membesarkan hewan ternak. 

Dengan kegiatan yang mencerminkan kehidupan di masa 1800-an, cottagecore menjadi seruan penolakan terhadap modernitas dan gaya hidup serba cepatSeiring pecinta cottagecore belajar untuk menikmati aktivitas seperti bercocok tanam dan membuat makanan sendiri, timbul kesadaran bahwa manusia membutuhkan kegiatan-kegiatan sederhana yang menenangkan. Akhirnya, definisi cottagecore tidak lagi terbatas pada gaya berpakaian dan kegiatan ala masyarakat pedesaan, melainkan menjadi etos yang menitikberatkan kesederhanaan dan kehidupan yang lebih slow-paced. Maka, definisi cottagecore di masa kini dapat diartikan sebagai pedoman kehidupan yang memprioritaskan ketenangan dalam kesederhanaan dan merupakan bentuk penolakan atas hustle culture dunia modern.

Menemukan arti hidup di tengah kesederhanaan alam 

Penolakan atas dunia modern oleh komunitas cottagecore cenderung berhubungan dengan penolakan terhadap masyarakat kapitalisKetimbang bergantung pada pasar dan toko, bercocok tanam dan beternak menjadi cara untuk menghidupi dirinya sendiri. Contohnya adalah Anastasia dan Julia Vanderbyl, adik-kakak yang mengelola Mother the Mountain Farm yang terletak di Bundjalung Country, Australia. Perjalanan Anastasia dan Julia dalam komunitas cottagecore dimulai ketika ayah mereka meninggal dan pandemi COVID-19 merebak. Anastasia dan Julia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya dan meneruskan pertanian milik ayah mereka. Keduanya kemudian menerapkan sistem pertanian regeneratif dengan tujuan mengurangi dampak emisi karbon dan meregenerasi alam yang rusak. Tidak hanya bertani, mereka juga memelihara hewan ternak seperti bebek, domba, dan kambing yang membantu memakan serangga dan tumbuhan invasif. 

Potret keseharian Anastasia dan Julia yang memamerkan keindahan alam, foto mereka berbalut gaun panjang yang cantik, dan berbagai kelucuan hewan ternaknya menarik audiens yang besar. Akun TikTok kakak-beradik tersebut, @motherthemountain, sudah menarik 1 juta pengikut. Sedangkan di Instagram, akun @motherthemountain pun memiliki 498 ribu pengikut. Akan tetapi, gaya hidup ini tidak pernah mereka mulai demi mendapat ketenaran. Bagi Anastasia dan Julia, apa yang mereka lakukan adalah cara untuk mencari makna kehidupan lewat kesederhanaan alam sehingga mereka jauh lebih bersyukur akan apa yang mereka miliki.

Lewat wawancara di blog Lisa Says Gah, Anastasia dan Julia juga menyatakan, “In the time of the climate crisis, it feels meaningful to be able to express the importance and beauty of nature.” Dengan berbagi di media sosial, mereka semakin mengapresiasi sekelilingnya dan bersyukur bahwa ada banyak orang yang dapat belajar menemukan makna dalam hal sederhana. 

Cottagecore untuk kehidupan urban

Bagi orang yang menikmati tampilan aesthetic cottagecore dan terinspirasi oleh gaya hidupnya, Anastasia dan Julia memiliki kehidupan idaman. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan yang serupaKembali lagi, cottagecore sejatinya adalah cara untuk menghargai pentingnya hal-hal sederhana dalam kehidupan dan juga mensyukuri apa yang sudah dimiliki ketimbang terus mencari hal baru. Maka, nilai cottagecore dapat dilakukan dengan aksi sesederhana istirahat dari teknologi atau memaksimalkan fungsi benda yang sudah dimilikiTindakan seperti berbelanja baju baru demi menyesuaikan diri dengan gaya berpakaian cottagecore atau rela membeli rumah dan tanah baru di pedesaan adalah tindakan yang justru kontradiktif dengan etos utama cottagecore. Berkaca pada kemunculan tren cottagecore yang dilatarbelakangi oleh rasa jenuh orang-orang karena terisolasi selama pandemi, bisa saja gaya hidup ini hilang ketika dunia mulai terbuka kembali. Seiring dengan masyarakat yang kembali ke kesibukan lamanya, fantasi ini akan digantikan oleh realita kehidupan yang ada di depan mata. Dengan begitu, cottagecore mungkin akan kembali menjadi angan-angan semata, bukan gaya hidup dan etos yang dijalankan lagi. Di lain sisi, kehidupan ‘nyata’ dengan segala pertemuan tatap muka dan perjalanan jauhnya akan melelahkan. Hal ini mungkin mendorong orang mencari ketenangan, salah satunya dengan cara terjun ke dunia cottagecore. Jadi, menurut KawanWH, apakah kondisi masa depan akan membuat tren ini meredup, atau justru semakin digandrungi sebagai bentuk eskapisme dari realita? (KPC)