Serikat pekerja layanan kesehatan Kaiser Permanente baru-baru ini melakukan aksi mogok kerja. Dilansir dari BBC, aksi ini mencetak pemogokan pekerja kesehatan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Kaiser Permanente merupakan penyedia layanan kesehatan non-profit yang terletak di berbagai negara bagian Amerika seperti California, Colorado, Columbia, Georgia, Hawaii, Maryland, Oregon, Virginia, dan Washington. KawanWH, simak informasi-informasi berikut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dibalik pemogokan ini!
Ada Apa dengan Pekerja Layanan Kesehatan Kaiser Permanente?
Pada hari Rabu (4/10) lalu, lebih dari 75.000 pekerja layanan kesehatan Kaiser Permanente melakukan aksi mogok kerja besar-besaran. Sebelum aksi pemogokan tersebut terjadi, perwakilan serikat pekerja menghadiri perundingan bersama pihak Kaiser Permanente usai kontrak kerja mereka berakhir pada Sabtu (30/9) lalu. Namun, perundingan tersebut tidak mencapai kesepakatan yang dapat mencegah aksi pemogokan. Adapun beberapa cabang Kaiser Permanente di negara bagian Amerika Serikat yang melakukan pemogokan adalah Colorado, Washington, Virginia, Oregon, dan mayoritas di California. Mengutip dari New York Times, seorang asisten laboratorium Kaiser Permanente, Lisa Floyd mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat kejadian seperti ini selama 33 tahun pengalamannya bekerja di penyedia layanan kesehatan tersebut..
Mengapa Pekerja Layanan Kesehatan Kaiser Permanente Melakukan Pemogokan?
Dilansir dari CNBC, sejak pandemi COVID-19 kemarin, banyak pekerja layanan kesehatan yang meninggalkan rumah sakit karena merasa tidak mendapatkan perlindungan pekerja yang cukup dari pemerintah. Oleh karena itu, layanan kesehatan mulai kekurangan pekerja. Hal ini kemudian menimbulkan rasa lelah dan frustasi bagi para pekerja layanan kesehatan yang masih bertahan. Direktur eksekutif koalisi serikat pekerja Kaiser Permanente, Caroline Lucas, mengatakan kepada CNBC bahwa krisis staf telah menyebabkan kondisi kerja yang tidak aman dan pelayanan terhadap pasien yang memburuk.
Apa yang Diinginkan Para Pekerja Layanan Kesehatan?
Mengutip dari CNN, melalui aksi yang dilakukannya, para pekerja layanan kesehatan menyampaikan beberapa tuntutan kepada Kaiser Permanente. Berkaitan dengan kurangnya tenaga kerja kesehatan, para pekerja yang melakukan aksi mogok menuntut Kaiser Permanente untuk merekrut lebih banyak pekerja. Selain itu, para pekerja juga menuntut kenaikan upah yang lebih baik. Dilansir dari New York Times, salah satu alasan para pekerja menuntut kenaikan upah adalah untuk menarik lebih banyak pelamar kerja. Pihak Kaiser Permanente sudah menawarkan kenaikan upah maksimal 4% yang disesuaikan dengan lokasi untuk empat tahun kontrak baru. Namun, para pekerja menolak dan meminta kenaikan upah sebesar 6.5% dalam dua tahun pertama serta 5.75% dalam tahun berikutnya.
Bagaimana Respon Kaiser Permanente?
Dalam merespon aksi yang dilakukan oleh para pekerja, pihak Kaiser Permanente setuju untuk memenuhi beberapa dari tuntutan yang diajukan. Dilansir dari CNN, mereka setuju untuk mempercepat perekrutan dan akan menargetkan 10.000 pekerja baru pada akhir tahun 2023. Kaiser Permanente juga mengatakan kepada CNBC bahwa pihaknya mengakui terdapat tekanan yang dialami oleh para pekerja layanan kesehatan. Akan tetapi, terkait perundingan kenaikan upah yang belum mencapai kesepakatan, Kaiser Permanente justru menegaskan posisinya dalam hal ini. Mengutip dari CNN, juru bicara Kaiser Permanente menegaskan kembali bahwa mereka akan mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam negosiasi. Di lain sisi, mereka juga akan tetap memastikan bahwa kebutuhan mendesak para anggota dan pasien merupakan prioritas utama.
Bagaimana Dampak dari Aksi Pemogokan Tersebut?
Aksi pemogokan yang dilakukan oleh para pekerja layanan tentunya berdampak besar bagi para pasien Kaiser Permanente. Berbagai prosedur medis yang dianggap tidak mendesak terpaksa ditunda. Tidak hanya itu, tindakan operasi dan kemoterapi yang sudah dijadwalkan juga harus dibatalkan. Bahkan, dilansir dari CNBC, ahli onkologi mengatakan bahwa mereka terpaksa untuk mengambil keputusan sulit akibat kekurangan staf.