“Enak, ya, hidup di zaman sekarang, ke mana-mana nggak harus jalan kaki berkilo-kilometer.”
“Beli makanan aja bisa sambil rebahan, nggak akan ngalamin susahnya hidup di zaman dulu!”
“Anak zaman sekarang hidupnya terlalu mudah. Pasti besarnya jadi pemalas karena banyak bantuan teknologi.”
Siti tebak, pasti kebanyakan dari KawanWH pernah mendengar salah satu dari perkataan di atas. Ya, memang bukan hal yang aneh jika ungkapan-ungkapan tersebut dilontarkan oleh Generasi X seperti orang tua, kakek, dan nenek kita. Bahkan, mereka memandang Generasi Z sebagai pemalas karena dianggap terlalu banyak dibantu oleh teknologi. Generasi X juga kerap kali merasa dirinya yang paling kuat sehingga meremehkan kemampuan Generasi Z. KawanWH mungkin pernah sakit hati mendengar ucapan-ucapan tersebut. Siti pun terkadang bertanya-tanya, apa yang membuat mereka merasa seolah-olah Generasi Z merupakan sekumpulan orang yang lemah?
Hidup Serba Terbatas vs Hidup Serba Mudah
Mungkin pengalaman sulitnya kehidupan mereka di zaman dahulu dapat menjawabnya. Kebanyakan dari kakek, nenek, dan orang tua kita lahir serta beranjak dewasa pada zaman akhir Perang Dunia II hingga Orde Baru. Menurut jurnal berjudul “Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional” yang ditulis oleh Chriswardani Suryawati (2005), pada masa itu, masih banyak orang miskin yang kelaparan, hidup terkekang, serta sulitnya akses kesehatan dan pendidikan. Kondisi ini menimbulkan trauma dan sakit hati bagi para Generasi X sehingga mereka melampiaskannya kepada Generasi Z. Mereka menganggap keterbatasan di masa lampau telah membuat mereka menjadi orang yang tangguh, tidak seperti Generasi Z yang memiliki banyak kemudahan.
Kemajuan teknologi, komunikasi, dan ilmu pengetahuan yang ‘memudahkan hidup’ ini dianggap akan membentuk Generasi Z menjadi lemah secara mental dan malas berusaha. KawanWH pasti juga merasakan betapa besar dampak dari teknologi bagi kehidupan kita. Kita tidak harus berjalan kaki dengan jarak tempuh yang sangat jauh jika ingin bepergian, tetapi kita dapat dengan mudah memesan ojek online melalui ponsel. Bahkan, makanan pun dapat dipesan melalui ponsel, sedangkan generasi terdahulu tidak memiliki pilihan selain memasak atau pergi membeli makanan. Terlebih lagi, para Generasi X tidak begitu mengerti istilah-istilah seperti ‘mental illness’ yang sekarang banyak disuarakan oleh Generasi Z. Akibatnya, mereka memandang Generasi Z sebagai generasi yang lemah dan tidak tahan banting.
Perbandingan Kehidupan: Bak Langit dan Bumi
Ketimpangan dalam kehidupan kedua generasi ini menimbulkan kecemburuan. KawanWH mungkin dapat merasakan fasilitas pendidikan yang jauh lebih baik di masa sekarang. Terlebih lagi, ada kurikulum Kampus Merdeka yang memberikan kita kesempatan untuk mengembangkan diri melalui program-program magang, beasiswa, dan lain sebagainya. Kemajuan di bidang pendidikan memberikan pengetahuan dan kesadaran yang dapat memperluas wawasan generasi muda sehingga lebih peduli dan mengerti akan kesehatan mental. Keadaan ini membuat Generasi Z mendapatkan akses fasilitas dan tenaga kerja profesional kesehatan mental yang jauh lebih baik. Stigma negatif masyarakat juga mulai hilang karena sudah banyak edukasi tentang pentingnya kesehatan mental, sehingga diskriminasi berkurang dan memberikan lingkungan yang suportif untuk menjaga kesehatan mental.
What if They Have Better Stress Management?
Sebenarnya, tidak menutup kemungkinan jika Generasi X juga mengalami tekanan secara mental, hanya saja fasilitas yang ada pada saat itu tidak menunjang pemahaman terhadap isu ini. Ditambah lagi, kualitas pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi belum terlalu maju seperti sekarang, sehingga kesehatan mental masih menjadi pembahasan yang tabu. Baik sadar ataupun tidak, kerasnya hidup di zaman dulu telah meninggalkan trauma-trauma yang membekas di benak Generasi X. Jika saja mereka lebih memahami pentingnya hal tersebut, mungkin generasi sebelumnya dapat mengelola trauma dan kesedihan mereka dengan lebih baik, sehingga tidak akan terjadi perbandingan yang tidak perlu antara hidup mereka dengan hidup kita.
“Having more does not make us less!” Kira-kira, kata-kata ini lah yang ingin Siti sampaikan kepada generasi-generasi muda, termasuk KawanWH. Jangan sampai perbandingan-perbandingan tersebut membuat KawanWH merasa bersalah. Siti percaya bahwa setiap kehidupan memiliki maknanya sendiri, dan tidak ada yang mengerti keadaanmu selain dirimu sendiri!