Dilansir dari CNN, Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, mengatakan bahwa ia mengalami kegelisahan mengenai anggota Parlemen Inggris yang menjadi mata-mata bagi Tiongkok. Kegelisahan tersebut disampaikan secara langsung kepada Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di New Delhi pada Minggu (10/9) lalu. Adapun penyebab dari kekhawatiran yang dialami Sunak adalah penangkapan dua anggota parlemen yang didakwa memiliki campur tangan dengan Tiongkok pada demokrasi Parlemen Inggris melalui tindakan spionase.
Mengutip dari The Sunday Times, kepolisian Metropolitan London menyatakan bahwa kedua tersangka telah ditangkap pada Senin (13/3) lalu berdasarkan Undang-Undang Rahasia Resmi. Tersangka pelaku spionase ditangkap atas laporan kecurigaan anggota parlemen yang mempunyai hubungan dengan dua politisi senior Partai Konservatif dan pelanggaran terkait spionase yang menimbulkan kecurigaan bocornya informasi parlemen kepada Tiongkok. Kedua politisi senior Partai Konservatif tersebut adalah anggota Parlemen Komite Luar Negeri Alicia Kearns dan Menteri Pertahanan Tom Tugendhat. Kearns dan Tugendhat memiliki ketertarikan terhadap isu-isu yang ditimbulkan oleh Tiongkok. Selain itu, Tugendhat juga merupakan pendiri China Research Group dan dikenal sebagai penggerak Partai Konservatif dengan pandangan yang lebih terbuka terhadap Tiongkok.
Kedua pelaku spionase diamankan di Oxfordshire, Inggris Selatan, dan Edinburgh, Skotlandia. Dilansir dari CNN, salah satu pelaku, Lindsay Hole, merupakan seorang peneliti di Parlemen Inggris. Hole terduga mendapat izin kerja melalui parlemen senior untuk melakukan pengawasan yang tidak seharusnya terhadap wilayah Westminster tanpa pengawalan. Sedangkan pelaku lainnya yang berusia sekitar 30 tahun, dilansir melalui The Guardian, identitas pelaku belum terungkap dan sedang di investigasi lebih lanjut oleh kepolisian Inggris.
Tuduhan Inggris terhadap mata-mata Tiongkok
Sir Iain Duncan Smith dan Rory Stewart juga mempunyai pendapat yang sama bahwa telah terjadi spionase oleh Tiongkok. Dilansir melalui Sky News pada Minggu (10/9), Smith sebagai anggota Parlemen Inggris mengungkapkan bahwa ini bukan pertama kalinya terdapat mata-mata dari Tiongkok. Ia menekankan adanya urgensi besar dalam menghadapi spionase Tiongkok. Kemudian, Stewart, mantan kabinet menteri dan diplomat Inggris, mengatakan kepada Sky News bahwa Partai Buruh, sebuah partai yang sering mendapatkan donasi dari agen Tiongkok, diberi dana hanya untuk menaikkan kembali mantan anggota Partai Konservatif ke dalam parlemen. Stewart juga memperingatkan perlunya kehati-hatian terhadap negara otoriter seperti Tiongkok dan Rusia yang dapat melemahkan negara demokrasi seperti Inggris.
Merespon tuduhan yang diberikan oleh Inggris, dikutip dari CNN, Zheng Zeguang, Duta Besar Tiongkok di London mengatakan bahwa tuduhan tersebut merupakan tindakan fitnah yang keji dan bersifat anti-Tiongkok. Kedutaan Tiongkok juga mengungkapkan bahwa telah terjadi manipulasi politik yang ditolak dengan keras oleh Tiongkok. Selain itu, Tiongkok menganggap tudingan ini sebagai lelucon politik yang semata-mata dibuat oleh Inggris.
Tiongkok Membela Diri
Akibat tudingan Sunak, Tiongkok memperoleh dua pertanyaan pada Konferensi Pers di Beijing pada Senin (11/9) lalu terkait kasus mata-mata Tiongkok. Dilaporkan melalui The Guardian, Mao Ning, perwakilan Kementerian Luar Negeri Tiongkok, menyatakan pada konferensi pers tersebut bahwa tidak ada tindakan spionase. Sedangkan, melalui percakapan Sunak dengan Li pada KTT G-20 lalu, Li menyatakan adanya perbedaan pandangan antara kedua negara dalam melihat permasalahan ini. Melanjutkan diskusinya dengan Sunak, Li mengatakan bahwa kedua negara harus menangani permasalahan ini dengan saling menghormati kepentingan negara masing-masing.
Lebih lanjut, dilansir melalui Al Jazeera, Hole sebagai salah satu tersangka menyangkal tudingan spionase. Hole mengatakan bahwa dirinya sepenuhnya tidak bersalah dan mengatakan bahwa menjadi mata-mata Tiongkok bertentangan dengan aksinya yang mengedukasi tentang ancaman yang disebabkan oleh Partai Komunis Tiongkok (11/9).