New beginnings atau awal yang baru merupakan salah satu proses hidup manusia yang penuh dengan kejutan. Berbagai kejutan di kehidupan akan meletakkan kita di luar ‘comfort zone’ masing-masing sehingga kita bisa mencoba lebih banyak. Seperti lagu yang bertajuk Someday We’ll Know oleh New Radicals yang menyampaikan bahwa terkadang hidup dijalankan tanpa mengetahui alasan sesuatu terjadi. Lalu, apa sih definisi lembaran baru bagi Kathmandu? Yuk, kita kulik sama-sama!
Si Ahli Instrumen dan Si Penyair Lagu
Marco Hafiedz, si ahli instrumen musik, dan Basil Sini, si penyair lagu, melahirkan band Kathmandu pada tahun 2020. Nama Kathmandu sendiri terinspirasi dari berbagai band musik lawas yang kerap menggunakan nama situs alam dan juga keinginan merasa “adem” dan “sejuk” seperti di puncak gunung Kathmandu, Nepal. Setelah melalui proses penulisan dan kurasi yang lama, Kathmandu merilis single pertama mereka yang berjudul “Maddy” pada bulan Juli 2023. Siti sendiri suka dengan lagunya! Kalau KawanWH, bagaimana nih?
Pada awal pembentukan band, duo ini sangat terinspirasi oleh lagu dengan atmosfer tahun 90-an. Setelah bereksperimen untuk mengerucutkan genre lagu Kathmandu, akhirnya mereka memilih Britpop Rock sebagai acuan musik mereka dengan mengambil inspirasi dari Arctic Monkeys dan Catfish and The Bottlemen. Menurut Marco, genre lagu seperti Arctic Monkeys dan Catfish and The Bottlemen masih jarang diadaptasi ke industri musik Indonesia. Genre ini kemudian dipraktekkan oleh Kathmandu dalam perilisan lagu baru mereka yang berjudul “Letter”, yang dirilis pada tanggal bulan September 2023. Jangan lupa didengar ya, KawanWH!
Marco mengungkapkan bahwa “Letter” terinspirasi dari dirinya yang kala itu sedang menonton sebuah dokumenter musik yang menyoroti kisah tragis dari mendiang vokalis Band Nirvana, Kurt Cobain. Marco menyayangkan bakat musisi-musisi tersohor dunia yang saat ini sudah tidak bisa lagi kita nikmati secara langsung. Belajar dari hal tersebut, Kathmandu ingin menghadirkan nada dan rasa sedih namun bisa membangkitkan semangat pendengarnya dalam lagu “Letter”. Perasaan ini akhirnya direalisasikan dengan penggunaan alat musik saksofon yang dirasa telah meniupkan jiwa ke dalam lagu. Meskipun saksofon identik dengan genre lagu jazz, Kathmandu ingin mematahkan stigma tersebut dan mengadopsinya ke musik pop-rock mereka.
Pelan-Pelan Saja

Perjalanan baru Marco dan Basil sebagai Kathmandu sebagai musisi bukanlah suatu hal yang mudah. Sejak kecil, Marco sudah secara konsisten bercita-cita menjadi seorang musisi. Keyakinan pada mimpinya diperkuat dengan sosok ayah yang menunjukkan bahwa mimpinya bisa menjadi kenyataan! Di sisi lain, Basil sedang mengejar cita-citanya sebagai seorang dokter, yang kini sedang menempuh pendidikannya di negeri kangguru, Australia. Berbagai kendala yang dialami Marco dan Basil sebagai musisi bukan karena perbedaan pendapat, namun jauhnya jarak serta perbedaan waktu antara Indonesia dan Australia yang memisahkan mereka berdua. Walaupun begitu, teman menjadi rekan ini masih dapat bersikap profesional di ruang studio. Sekalipun mereka merasa sedang bermain ketika sedang mengerjakan lagu, keduanya bersyukur bisa bekerja sama di bidang musik.
Pandangan mereka bahwa sebuah lagu serupa dengan memiliki anak kerap mempengaruhi durasi penulisan lagu. Sebagai pemegang pena, Basil sempat mengalami kesulitan ketika menulis “Maddy”. Ia membutuhkan waktu dua bulan hanya untuk menyempurnakan dua bait dalam lagu “Maddy”. Fenomena writer’s block yang dialami oleh Basil dalam menulis kedua lagu Kathmandu menjadi pengalaman yang sangat berharga. Setelah melalui fase writer’s block, Basil kini memahami bahwa menulis harus dilalui secara perlahan. Tidak terburu-buru adalah salah satu prinsip menulis yang akan selalu diterapkan oleh Basil.
Dalam lagu “Letter”, Marco sempat bingung bagaimana cara mengisi bagian saksofon yang menjadi jiwa dalam lagu “Letter”. Bagi mereka, saksofon dalam lagu menjadi penentu perilisan lagu, lho. Syukurnya, permasalahan saksofon terselesaikan dengan hadirnya pemain saksofon muda bernama Rafi Sudirman yang siap menjadi penyelamat lagu “Letter”!
“You never know where the music is gonna take you”
Menurut Marco, pembawaan bercerita, produksi, dan promosi sebuah lagu merupakan beberapa aspek penting untuk dipikir secara matang bagi band yang baru mulai. Bercerita merupakan salah satu teknik terbaik Kathmandu dalam perilisan lagu mereka, terutama ketika duo ini merasa bahwa mereka sedang berbincang dengan pendengar melalui bait lagu. Hal ini terbukti dengan disampaikannya berbagai pesan oleh pendengar yang beresonansi dengan jiwa lagu Kathmandu. Walaupun belum lama merintis karir sebagai musisi, Kathmandu yang mencintai industri musik Indonesia dan perkembangannya sangat menyayangkan keadaan industri musik saat ini. Mereka rasa banyak lagu yang bagus namun tidak menerima apresiasi seperti seharusnya karena beberapa aspek yang menurut mereka masih kurang matang.
Menurut mereka, lagu ciptaan Kathmandu dapat menerima apresiasi yang bagus karena strategi distribusi dan promosi yang baik. Hal ini terbukti dengan diputarnya lagu mereka di sebuah warteg di Jakarta, lho! Hal tersebut menyadarkan Kathmandu bahwa pandangan mereka yang menganalogikan merawat sebuah lagu seperti seorang anak terbukti benar! Strategi yang tepat dapat membuat karya mereka menyentuh hati setiap pendengarnya. Tidak hanya itu, KawanWH pernah nggak sih, melihat para petugas panggung sebuah pertunjukan musikal atau seni? Menurut Kathmandu, orang-orang tersebut merupakan ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ karena mereka berperan besar dalam suksesnya sebuah pertunjukan. Mereka perlu diapresiasi karena juga menjadi penentu dari performa sang musisi.
Jika waktu dapat diputar kembali, Marco dan Basil mempunyai keinginan untuk membenahi beberapa ketidaksempurnaan mereka. Keinginan untuk menggali lebih banyak inspirasi, berlatih menulis, dan tidak takut untuk bereksperimen dengan hal baru. Marco dan Basil juga memberikan beberapa lagu yang diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi KawanWH! Basil merekomendasikan “You Were There” oleh Southern Suns, “Wildest Dreams” oleh Taylor Swift, “Madmind” oleh Bad Nerves, “Sunshine Baby” oleh The Japanese House, dan “Evaluasi” oleh Hindia. Selain itu, Marco juga merekomendasikan “Tumbang” oleh Dere, “Kita ke Sana” oleh Hindia, “Blue Stained Lips” oleh Grrrl Gang, “Show Me How” oleh Foo Fighters, dan tentunya “Letter” oleh Kathmandu! Akhir kata, Marco dan Basil berterima kasih atas dukungan yang sudah diberikan kepada Kathmandu selama tiga tahun terakhir. Siti sepakat dengan saran mereka, bahwa KawanWH juga bisa, lho, memulai lembaran baru di hidup KawanWH. Yang terpenting adalah untuk tidak terburu-buru dan tidak lupa untuk bersenang-senang dalam menggapai impian KawanWH. Semangat!