Sudah hampir dua tahun Taliban menguasai Afghanistan. Ketakutan para perempuan Afghanistan terhadap pemerintahan baru yang akan berdampak pada kehidupan mereka akhirnya menjadi kenyataan. Berbagai kebijakan baru dibuat sebagai bentuk pembatasan yang mengatur kehidupan perempuan dengan ketat. Kebijakan-kebijakan tersebut pada akhirnya merenggut hak dan kebebasan mereka, bahkan mencekik kehidupan perempuan Afghanistan. Padahal, dikutip dari Dailymail.co.uk, sebelum berada di bawah kekuasaan Taliban, masyarakat Afghanistan jauh dari teror, bebas beraktivitas dan menempuh pendidikan.
Taliban Tutup Paksa Salon Kecantikan
Dilansir dari Kompas, pada Selasa (4/7) kemarin, juru bicara Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan Afghanistan, Mohammad Sadeq Aktif Muhajir mengumumkan larangan bagi salon kecantikan. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa penawaran yang diberikan salon kecantikan melanggar syariat islam, seperti layanan rambut palsu dan merapikan alis. Selain itu, penggunaan riasan wajah juga dapat menghalangi kulit wanita dalam menyerap air ketika berwudhu. Kemudian, mengutip dari Kompas, pada tanggal 24 Juni lalu, Muhajir memberikan waktu satu bulan kepada salon-salon kecantikan untuk menghabiskan stok produk-produknya tanpa memicu kerugian. Setelah menghabiskan produk-produknya, seluruh salon kecantikan harus tutup sepenuhnya pada tanggal 27 Juli mendatang.
Siapakah Taliban?
Taliban merupakan gerakan nasionalis Islam Deobandi pendukung etnis Pashtun yang menguasai hampir seluruh wilayah Afghanistan sejak tahun 1996 hingga 2001. Kemudian, Taliban kembali menguasai Afghanistan pada tahun 2021. Dilansir dari Kompas, kelompok ini pertama kali muncul setelah pasukan Uni Soviet mundur dari Afghanistan pada awal tahun 1990-an. Taliban awalnya didominasi oleh etnis Pashtun dan pertama kali diperkenalkan di pesantren-pesantren Afghanistan. Kemudian, Taliban berjanji bahwa jika mereka berhasil berkuasa, mereka akan mengembalikan keamanan dan perdamaian di wilayah Pashtun berdasarkan syariat islam.
Bagaimana Kehidupan Perempuan Afghanistan Setelah Taliban Berkuasa?
Sejak bulan Agustus 2021, Taliban telah mengambil alih kekuasaan dan merampas hak-hak masyarakat Afghanistan, terutama perempuan. Mengutip dari BBC, perempuan dilarang untuk menempuh pendidikan tingkat SMA pada bulan September 2021 lalu. Kemudian, pada bulan Desember 2021, aturan tentang larangan perempuan untuk berkuliah juga dikeluarkan oleh pemerintah Taliban. Aturan ini sempat direncanakan untuk dicabut, namun pada akhirnya pencabutan dibatalkan pada bulan Maret 2022. Tidak hanya itu, dilansir dari BBC, perempuan bahkan dilarang untuk bekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya. Hal ini menyebabkan pemecatan terhadap perempuan-perempuan yang bekerja di lembaga pemerintahan.
Apa Saja Aturan Bagi Perempuan Afghanistan?
- Setiap kali perempuan keluar rumah harus ditemani mahram atau laki-laki dari anggota keluarga
- Perempuan yang berusia dua belas tahun keatas dilarang bertemu dengan laki-laki yang bukan anggota keluarganya
- Perempuan hanya bisa mendapat pendidikan di sekolah khusus perempuan
- Perempuan yang bekerja di perbankan dan PNS harus dikawal oleh Taliban saat pulang ke rumah
- Perempuan tidak boleh duduk di balkon rumah
- Perempuan yang berusia delapan tahun ke atas harus menggunakan burqa ketika berinteraksi di luar rumah karena tidak boleh memperlihatkan kecantikannya
- Dalam menempuh pendidikan, perempuan Afghanistan wajib menggunakan pakaian Islami seperti hijab
- Perempuan dilarang berolahraga karena dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam yang mereka yakini
Bagaimana Reaksi Perempuan Afghanistan?Perempuan Afghanistan merasa kecewa dan marah dengan pemerintah Taliban akibat pembentukan aturan-aturan yang merugikan kaum perempuan. Kini, penutupan salon menjadi ancaman baru bagi mereka. Dilansir dari Detik News, seorang manajer salon kecantikan mengatakan bahwa dirinya mempekerjakan 25 wanita yang menjadi tulang punggung keluarga. Para pekerja tersebut merasa sedih dan bingung ketika memikirkan nasibnya di masa depan jika sumber pendapatannya harus ditutup. Beberapa wanita yang memiliki bisnis salon kecantikan lainnya juga merasakan hal yang sama. Mereka merasa bahwa lebih baik tidak ada perempuan sama sekali apabila pemerintah terus membuat aturan-aturan baru yang membatasi hak para perempuan.