Menulis dalam Bayang Teror: Suara Perempuan di Tengah Ancaman Demokrasi

Pendahuluan

Demokrasi yang sehat bergantung pada kebebasan berekspresi dan akses terhadap informasi yang bebas. Prinsip ini masih terancam apabila perempuan, termasuk mereka yang bekerja sebagai jurnalis masih dicoba dibungkam. Di berbagai belahan dunia, jurnalis kerap menjadi target ancaman, pelecehan, bahkan pembunuhan hanya karena mereka menjalankan tugasnya. Resiko ancaman ini menjadi berlapis bagi jurnalis perempuan, mereka tak hanya diserang karena profesinya, tetapi juga karena identitas gendernya. 

Pembungkaman perempuan serta media memiliki arti yang sama dengan merampas hak masyarakat atas informasi dan kesetaraan. Nah, sekarang Siti mau ngajak KawanWH, nih, untuk ngebahas kasus tentang teror yang dialami oleh jurnalis senior perempuan Indonesia karena keberaniannya dalam mengungkap kebenaran.

Harga Kebenaran Cica

Pada Maret 2025, Francisca Christy Rosana, jurnalis Tempo yang kerap disapa Cica, menghadapi kekerasan berbasis gender yang sistematis. Cica, menerima paket berisi kepala babi tanpa telinga di kantornya. Dua hari kemudian, bungkusan berisi enam bangkai tikus tanpa kepala dilempar orang tak dikenal dari luar pagar kompleks kantor Tempo. Tidak selesai di situ, sebuah akun instagram bernama @derrynoah menyebarkan data pribadi Cica, yang kemudian menghebohkan dunia maya

Ancaman-ancaman yang diterima oleh pihak Tempo ini diduga erat kaitannya dengan liputan mengenai revisi UU TNI. Meski diselimuti rasa takut, Cica, satu-satunya jurnalis perempuan di tim Bocor Alus Politik, tetap menjalankan tugasnya meski menghadapi ancaman berat.

Kekerasan Berbasis Gender

Jurnalis perempuan rentan terhadap ancaman personal, seperti penyebaran data pribadi dan teror fisik. Menurut Aliansi Jurnalis Independen menunjukan 82,6% jurnalis perempuan pernah mengalami kekerasan saat mengerjakan kegiatan jurnalistik. 

Komnas HAM menegaskan teror ini melanggar hak perempuan atas rasa aman dan kebebasan berekspresi. Upaya perlindungan terhadap perempuan yang berani bersuara harus segera diperkuat untuk hentikan kasus yang sama terjadi.

Ancaman Pembungkaman Terhadap Kebebasan Berdemokrasi

KawanWH, teror terhadap Cica menyerang kebebasan pers, pilar demokrasi, menciptakan efek mencekam yang membuat media enggan meliput isu sensitif yang sedang terjadi. Tanpa kebebasan pers, hak masyarakat atas informasi terancam. Maka dari itu, Siti mau ngajak KawanWH untuk selalu mengawal proses demokrasi serta memperjuangkan hak-hak perempuan agar hal serupa tidak terulang kembali.